Kumpulan Makalah Terlengkap, Tutorial Dapodik, Tutorial PMP, Perangkat Pembelajaran Kurikulum KTSP 2006 Dan KTSP 2013 SD

Search

Thursday, January 10, 2019

Contoh Makalah Pelaksanaan Kurikulum


CONTOH MAKALAH
PELAKSANAAN KURIKULUM

 







BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN DAN PELAKSANAAN  KURIKULUM
Dalam usaha menjamin keberlangsungan pendidikan, kurikulum merupakan suatu alat untuk tercapainya tujuan pengajaran dan pendidikan. Oleh sebab itulah hubungan antra pengajaran/pendidikan dengan kurikulum tidak dapat dipisahkan. S. Nasution dalam bukunya asas-asas kurikulum mengemukakan bahwa pengertian kurikulum pada zaman dahulu terutama dalam bidang olahraga yaitu suatu jarak untuk perlombaan yang harus ditempuh oleh pelari. Juga diartikan sebagai kereta pacu pada zaman itu. Disamping penggunaan dalam olahraga juga dipakai dalam bidang pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran yang dicapai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.2).
Menurut Retnaningsih Burham (1989:4.8) kurikulum merupakan kegiatan program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Y. Gallen saylor dan William N. Alexander dalam curriculum planing for better teaching and learning, krikulum (modern) segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah, atau diluar sekolah. Disini kurikuum bukan  hanya sejumlah mate pelajaran  saja, tapi meliputi segala pengalaman anak di bawah bimbingan sekolah/guru agar mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Disamping berupa kumpulan matapelajarn dengan silabusnya, juga termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti osis, olahraga, kesenian, kepramukaan, dan sebagainya (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.2).
Kurikulum merupakan dasar pelaksanaan pendidikan. Kurikulum merupakan kunci penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru harus mengkaji, mengetahui, memahami, dan melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku. Dengan demikian, guru akan melakkukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan arah pembelajaranya akan jelas (H. Undang Misdan, 1986:1.11).
Soediarjo (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.3) mengemukakan pengertian kurikulum (modern) adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisasikan untuk ditaati oleh para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.
Demikian pula pendapat pendapat S. Nasution dalam bukunya asas-asas kurikulum(modern): kurikulum adalah usaha- usaha dalam bidang pendidikan dan administrasi pendidikan. Sekalipun kurikulum selalu menyangkut persoalan mengenai yang hendak diajarkan, namun kurikulum tidak hanya sekedar mata pelajaran yang dipersoalkan, tetapi menyangkut pula bagaimana mata pelajaran itu diorganisasikan menjadi pengalaman yang bermakna bagi murid.  Sebenarnya dalam kurikulum telah tergambar segala kegiatan yang akan dikerjakan siswa dan guru, metode yang digunakan, serta sarana penunjang. Semuanya bertujuan agar tujuan pendidikan tercapai. Dalam pengertian seperti ini, maka kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancangkan/direncanakan, diprogramkan dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak didiknya dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan. Tidak ada kurikulum yang baku atau dapat digunakan sepanjang masa. Kurikulum akan berubah sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kebutuhan anak, dan tuntutan masyarakat. Seperti dalam sistem pendidika, kurikulum disesuaikn dengan kebutuhan pengembangan disegala bidang, baik dalam  berbagai jenis keahlian, merupakan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan, supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan efesiensi kerja. Dengan demikian diharapkan pula akan meningkatkan mutu kecerdasan bangsa (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.3-1.4).
B.     PELAKSANAAN KURIKULUM
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah  yang berperan  adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa  bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksananakan proses administrasi kurikulum (0emar Hamalik, 2010:173).


BAB II
PEMBAHASAN

a.      Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia bekewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula rapat, membuat statistik dan menyusun laporan.
1.      Kepala sekolah sebagai pimpinan
 Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan dan membina serta mengembangakn kurikulum. Kepemimpinan adalah suatu proes mempengaruhi orang-orang lain atau kelompok agar mereka berbuat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berbagai cara dilakukan seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya seperti: persuasive, mempengaruhi atau dengan cara lain. Cara-cara ini sering digunakan oleh seorang pemimpin dalam usahanya memotifasi bahwanya agar mereka bertindak ke arah tujuan yang diharapkan itu. Cara-cara inipun sering digunakan kepala sekolah didalam melaksanakan kepemimpinan nya dalam rangka melaksanakan kurikulum disekolah.
 Pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah  dilakukan berdasarkan beberapa kemungkinan :
a.       Karena memiliki kepribadian yang baik atau yang menonjol sehingga dihormati  dan memiliki kewibawaan sebagai pemimpin.
b.      Karena dia mempunyai prestasi kerja dan prestasi pendidikan yang tinggi . Dan ada kelompok yang berpendapat , bahwa pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah akan memajukan sekolah tersebut dan berhasil melaksanakan program sebaik-baiknya.
c.       Telah memiliki pengalaman kerja yang cukup, dan berkat pengalaman kerja yang cukup, dan berkat pengalaman itu diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah, khususnya dalam pelaksanaan kurikulum.
Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah), harus memiliki sifat/ sikap/tingkah laku tertentu yang justru merupakan kelebihan dibandingkan orang lain/ bawahannya yang dipimpin . Sifat/sikap/tingkah laku tersebut antara lain:
1.         Mampu mengelola sekolah (managerial skills)
Kemampuan ini ditandai dengan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola pelaksanaan  kurikulum, misalnya organisasi guru bidang studi, pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi,pemberian tugas pada guru, mendorong, mengawasi dan menilai  kegiatan guru dalam melaksanakan program sekolah sesuai dengan tuntutan kurikululum yang ada.
2.         Kemampuan professional atau keahlian dalam jabatannya.
Keahlian ini memungkinkannya   kepala sekolah  tersebut untuk melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang dibebankan kepadanya . Sebagai kepala sekolah dia juga sebagai guru ,yang harus memiliki kemampuan professional kependidikan ,termasuk penguasaan dalam bidang program pendidikan keguruan.
3.         Bersikap rendah hati dan sederhana
Sikap rendah hati berarti tidak pernah menyombongkan diri tentang kemampuan , pengetahuan dan kelebihan-kelebihannya dalam bidang pendidikan . Sikap ini menuntut pemimpin/ kepala sekolah untuk  lebih banyak mendengarkan , memikirkan dan bertanya/ mencari informasi , bukan memerintah atau menyeluruh, kendatipun bertindak demikian dalam situasi tertentu tidak dilarang sepenuhnya.
Selain dari sikap-sikap tersebut, maka kepala sekolah sebaiknya memiliki ciri- cirri kepribadian, antara lain :
1.       Bersikap suka menolong
2.       Sabar dan memiliki kestabilan emosi
3.       Percaya pada diri sendiri
4.       Berpikir kritis,dsb

2.      Perilaku seorang Administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan dengan perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan semua pihak yang perlu  dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan supervise, penilaian terhadap personal sekolah.
3.      Penyusunan Rencana Tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang(misalnya rencana untuk 5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka pendek (rencana tahunan, bulanan) berdasarkan garapan seorang administrator, kepala sekolah perlu membuat rencana-rencana:
1.       Perencanaan bidang kemuridan
2.       Perencanaan bidang personal/tenaga kependidikan
3.       Perencanaan bidang sarana kependidikan
4.       Perencanaan bidang ketatausahaan sekolah
5.       Perencanaan bidang pembiayaan/anggaran pendidikan
6.       Perencanaan pembinaan organisasi sekolah
7.       Perencanaan hubungan kemasyarakatan/komunikasi pendidikan
Rencana-rencana tersebut perlu disusun secara menyeluruh, yang mencakup semua bidang garapan dalam berbagai jenjang perencanaan.
·         Dalam menyusun perencanaan tersebut, kepala sekolah harus memperhatikan persyaratan-persyaratan sebagai berikut: perencanaan disusun berdasarkan kerjasama musyawarah antara kepala sekolah dan para guru. Keterlibatan para guru dalam hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab kepada mereka untuk menyukseskan pelaksanaannya.
·         Perencanaan disusun berdasarkan realitas sebenarnya, rumusan rencana sederhana, jangan muluk-muluk dan mudah dilaksanakan.
·         Perencanaan tersebut secara terinci: Tujuan yang spesifik dan operasional, kegiatan-kegiatan yang jelas dan berurutan, perincian alat/ perlengkapan dan prosedur penilaian yang akan ditempuh. Sehingga menjadi pedoman yang lebih mudah untuk dilaksanakan.
·         Perencanaan harus luwes, jadi mudah diadakan penyesuaian dengan kebutuhan, masalah dan tuntutan lingkungan sekolah dan sekitarnya bila mana diperlukan.
·         Perencanaan memuat bidang garapan yang berkesinambungan satu sama lain berdasarkan prinsip bertahap dan bergilir dilihat dari segi prioritas.
·         Perencanaan hendaknya memperhatikan factor efisiensi dimana adany penghematan tenaga, biaya dan waktu, serta penggunaan sumber-sumber yang telah tersedia dengan baik sehingga tercapainya tujuan-tujuan rencana secara maksimal.
·         Harus dicegah timbulnya duplikasi dalam pelaksanaanya karena perencanaan disusun secara kritis, dan diadakan cek recek sebelum dilaksanakan disekolah bersangkutan.
4.      Pembinaan Organisasi Sekolah
Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah  yang kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya pelaksanaan kurikulum ditunjang oleh :
·         Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
·         Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
·         Bagian  pengadaan alat bantu mengajar.
·         Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan dioperasikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
·         Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan praktek.
·         Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibian oleh dokter, perawat, tenaga psikiater.
·         Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh tenaga konselor ahli.
·         Bagiaan yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kepramukaan, latihan keterampilan.
·         Organisasi Siswa (OSIS)
·         Organisasi orang tua murid
·         Bagian kerohanian dan pembinaan masjid disekolah.
Organisasi yang lengkap seperti diatas menuntut kemampuan organisasi yang memadai dari seorang kepala sekolah agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Semua organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi yang baik, senantiasa terarah ke pencapaian tujuan instruksionakl dan kurikuler disekolah bersangkutan.
5.      Koordinasi dalam Pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan tindakan para personal dan staf pada suborganisasi dalam organisasi sekolah untuk melaksanakan kurikulumnya
Pelaksanaan koordinasi sejalan dengan pelaksanaan fungsi administrasi, yakni :
a.       Koordinasi dalam perencanaan
b.      Koordinasi dalam pengorganisasian
c.       Koordinasi pergerakan motivasi personal
d.      Koordinasi dalam pengawasan dan supervise
e.       Koordinasi dalam anggaran biaya pendidikan
f.       Koordinasi dalam program evaluasi
Tindakan-tindakan koordinasi tersebut secara bersama-sama atau secara parsial diarahkan dalam pelaksanaan kurikulum untuk mencapai tujuan institusional sekolah. Koordinasi dalam pengorganisasian diperlukan agar setiap sub organisasi sekolah bersangkutan begerak bersama-sama sesuai dengan tujuan, funsi dan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing sub organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi dalam pergerakan motivasi  ketenagaan diperlukan agar kepala sekolah dan kepala sub organisasi menyadari bahwa tanggung jawab menggerakkan bawahan supaya melakukan tindakan yang diharapkan adalah dipundak mereka. Koordinasi pengawasan dan supervise pelaksanaan kurikulum dimaksudkan agar terjadi dan terbinanya perbaikan proses belajar mengajar. Koordinasi dalam penggunaan anggaran pendidikan dimaksudkan agar penggunaan biaya yang telah disediakan untuk kegiatan kurikuler berjalan secara seimbang dan lancer, dilaksanakan sesuai dengan anggaran masing-masing jenis/bidang kegiatan. Koordinasi bidang evaluasi dimaksudkan agar pelaksanaan evaluasi, baik evaluais hasil belajar maupun evaluasi program terlaksana secara objektif, komperehensif dan dilaksanakan serta dipertanggungjawabkan oleh semua guru.
6.      Kegiatan Memimpin Rapat Kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan penyelenggaraan, hasil hasil dan berbagai masalah kurikuler disekolah. Rapat dapat diselenggarakan pada awal tahun akademik, pertengahan tahun/semester, akhir tahun akademik, atau dilaksanakan secara incidental menurut kebutuhan yang ada disekolah bersangkutan. Penyelenggaraan rapat mungkin oleh Kepala sekolah atau kepala sub organisasi, atau ketua bidang studi tergantung pada permasalahan yang dihadapi.
7.      Sistem Komunikasi dan Pembinaan Kurikulum
 Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses administrasi,baik dalam organisasi maupun luar organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan yang interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan proses kerjasama yang baik daam upaya mencapai tujuan-tujuan administrasi kurikulum. Dengan demikian pengertian komunikasi dapat dirumuskan sebagai serangkaian kegiatan dalam proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang/ pihak lain dalam rangka proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
 Komunkasi adalah sebuah sistem. Komunikasi berlangsung dalam proses menyeluruh, dimna terdapat input, proses dan output. Yang menjadi input adalah pean/warta yang disampaikan sebagai proses adalah cara dan kegiatan penyampaian itu sendiri, yang selanjutnya terjadi perubahan tingkat pemahaman, sikap dan tindakan tertentu yang terjadi pada diri, kepada siapa pesan itu disampaikan yang selanjutnya dianggap sebagai output(keluaran). Perubahan prilaku tersebut menyebabkan terjadi suatu tindakan yang dilakukan oleh bersangkutan sesuai dengan yang diharapkan. Komponen-komponen seperti : Kepala sekolah,guru, siswa aat dan metode, secara keseluruhan terpadu dalam sistem komunikasi.
 Sistem komunikasi penting untuk melaksanakan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah perlu mengembangkan sistem komunikasi secara efektif agar semua pihak/ personal yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum bertindak satu arah, satu pemikiran, satu sikap dan satu keinginan, mencapai tujuan-tujuan sekolah secara tepat guna dan berdaya guna.
 Bentuk –bentuk proses komunikasi dalam pelaksanaan kurikulum. Pelaksanaan komunikasi disekolah dapat berlangsung dalam berbagai bentuk yakni:
1.       Proses primer versus proses skunder
2.       Komunikasi bebas versus komunikasi terbatas
3.       Komunikasi satu arah versus komunikasi dua rah.
Pada prinsipnya bentuk-bentuk komunikasi tersebut dapat dilaksanakan tergantung pada tujuannya, informasi, suasana sekolah dan prosedur komunikasi yang dikuasai oleh kepala sekolah.
b.      Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu:
a.       Pembagian tugas mengajar
b.      Pembagian tugas Pembinaan ekstra kurikuler
c.       Pembagian tugas bimbingan belajar
 Pembagian tugas ini dilakukan melalui musyawarah guru yang dipimpin kepala sekolah. Keputusan tugas tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelajaran untuk satu semester atau satu tahun akademik.
Pembagian tugas –tugas bagi guru pada prinsipnya harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.      Tugas –tugas yang ditetapkan kepada guru-guru hendaknya  disesuaikan dengan kemampuan individual, spesialisasi, pengalaman serta minat yang bersangkutan.
2.      Pada sekolah- sekolah yang melaksanakan guru kelas, mengadakan pembagian tugas kepada guru untuk memegang kelas tertentu, yang berarti bhwa jika ada 6 kelas  maka berarti pada sekolah tersebut paling tidak terdapat 6 guru dan satu kepala sekolah. Tiap guru bertanggung jawab mengajar sejumlah bidang pengajaran bagi kelas yang bersangkutan.
3.      Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi, pembagian tugas  guru berdasarkan keahlian/spesialisasi dalam salah satu bidang studi dengan ketentuan  jumlah jam pelajaran yang telah ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas mengajar satu bidang studi saja bagi semua kelas.
4.      Guru-guru memiliki keahlian khusus ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan kurikuler lainnya dan atau program ekstrakurikuler, seperti: guru seni, music, olahraga, keterampilan dsb.
5.      Ada sejumlah sekolah didaerah atau dipedesaan yang masih kekurangan guru atau yang ada tidak sesuai dengan jumlah bidang studi. Masalah ini ditanggulangi dengan memberikan tugas-tugas tambahan kepada beberapa orang guru, misalnya mengajar beberapa bidang studi atau mengajar beberapa kelas.
a.       Kegiatan Dalam Bidang Proses  Belajar-Mengajar
Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru sebagaimana yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1.       Menyusun rencana pelaksanaan program/unit.
2.       Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran.
3.       Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa
4.       Pengisian buku laporan pribadi siswa.
b.      Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler ini sesungguhnya merupakan bagian integral dari kurikulum yang bersangkutan, dimana guru terlibat didalamnya. Karena itu kegiatan ini perlu deprogram secara baik dan didukung oleh semua guru. Untuk itu perlu disediakan guru penanggung jawab, jumlah biaya dan perlengkapan yang dibutuhkan.
        Kendati kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program instruksional yang dilaksanakan secara regular, dan tidak diberi kredit tertentu, tetapi mengundang varitas kegiatan secara luas, misalya: Kepramukaan, Usaha Kegiatan sekolah, Palang merah remaja, olahraga Prestasi, koperasi dan tabungan sekolah. Kegiatan ekstra ini mengandung nilai tertentu, antara lain :
1.       Memenuhi kebutuhan kelompok
2.       Menyalurkan minat dan bakat
3.       Memberikan pengalaman eksplotorik
4.       Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata pelajaran.
5.       Mengikat para siswa disekolah
6.       Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah
7.       Mengintegrasikan kelompok-kelompok social.
8.       Mengembangkan sifat-sifat tertentu.
9.       Menyediakan kesempatan pemberian bimbingan dan layanan secara formal.
10.   Mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.
c.       Kegiatan Bimbingan Belajar
Pentingnya program bimbingan belajar di sekolah didasari oleh beberapa alasan berikut.
1.      Semua perbuatan/ tindakan, termasuk juga perbuatan belajar, memerlukan keterampilan perbuatan belajar, sedangkan dia tidak mampu melakukannya secara baik, maka kemungkinan besar dia tidak menyenangi perbuatan sendiri, bahkan mungkin dianggapnya sebagai penghambat atau halangan bagi dirinya. Perbutan belajar yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya akan mengakibatkan kegagalan, dan ini berarti kerugian, baik bagi siswa bersangkutan maupun bagi guru, orang tua dan masyarakat.
2.      Tiap orang sudah tentu mengalami masalah pribadi dengan bentuk dan manifestasi yang mungkin berbeda-beda. Masalah-masalah yang dirasakan seorang sangat berpengaruh terhadap dirinya, bahkan dapat menumbuhkan kecendrungan mental yang kurang sehat, yang pada gilirannya menjadi penghambat dirinya untuk melakukan kegiatan dan untuk mencapai keberhasilan. Masalah pribadi yang tidak terpecahkan dapat menyebabkan siswa terganggu mentalnya, menumbuhkan frustasi, agresifitas, kelemahan dan kemungkinan pribadi yang serius.
3.      Para siswa umumnya berkeinginan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sering terjadi mereka mengalami kesulitan memilih sekolah apa atau perguruan tinggi mana yang sebaiknya dijadikan pilihannya. Dia dapat saja memilih berdasarkan pengaruh rekan-rekannya, dan bukan pilihan berdasarkan kemampuannya, bakat dan minatnya sendiri, maka tindakan demikian dapat menimbulkan akibat yang fatal bagi masa depannya.
4.      Kasus lain dimana siswa telah lulus ingin bekerja pada suatu perusahaan yang ternyata tidak/kurang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya, pokoknya asal bekerja. Akibatnya dia bekerja dengan tidak sungguh-sungguh, sering telambat, dan tidak menyelesaikan tugas dengan baik, produktifitasnya rendah. Sehingga merugikan perusahaan tempat dia bekerja. Dengan demikian bimbingan untuk melakukan pilihan pekerjaan dan bimbingan jabatan sangat perlu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
 Guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan membatu memecahkan masalah dan kesulitan para siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa tersebut mampu secara mandiri membimbing dirinya sendiri.
Tujuan utama bimbinga yang diberikan guru adalah untuk mengembangkan semua kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan huidupnya pada tingkat atau keadaan yang lebih layak dibandingkan  dengan sebelumnya. Bimbingan berupa bantuan untuk menyelesaikan masalahnya sehingga dia mandiri dalam menyelesaikan masalahnya, bantuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya seperti keluarga, sekolah dan Masyrakat.
Secara umum prosedur bimbingan dilaksanakan sebagai berikut :
1)      Analitis; guru menganalisis semua masalah dan kesulitan yang hendak dihadapi oleh para siswanya.
2)      Informasi; mencari informasi tentang semua sebab yang mungkin menyebabkan  masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa.
3)      Orientasi; guru melakukan berbagai pendekatan kearah berbagai pendekatan kearah pemecahan masalah atau kesulitan serta bantuan apa yang sekiranya diperlukan bagi siswa yang bersangkutan.
4)      Penyuluhan; guru memberikan bantuan dan nasihat kepadas siswa yang bersangkutan (individual ataupun kelompok) sesuai dengan jenis, bentuk dan penyebabnya.
5)      Penempatan; Menempatkan kembali siswa yang telah mendapat penyuluhan kedalam situasi semula pada kelompok atau kelasnya sendiri.
6)      Tindak lanjut; guru mengamati terus menerus sambil melakukan pembinaan terhadap siswa bersangkutan, serta mencatat laju perkembangan.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan social dikalangan siswa dalam suatu kelas dinamakan sosiometri dan gambarannya dinamakan sosiogram. Dalam mengumpulkan data/informasi guru dapat menggunakan teknik wawancara ataupun dengan:
·         Tes hasil belajar
·         Kunjungan kerumah
·         Obsrvasi terhadap siswa sehari-hari dikelas dan diluar sekolah.
Dalam pemilihan metode bimbingan bergantung pada masalah yang dihadapi, kondisi siswa, gejala penyebabnya dan alternative pengobatannya.
Untuk menjadi guru pembimbing yang kompeten, dia harus memiliki wewenang dalam sistem  kepembimbingan, dan karenanya harus memilii pengetahuan dan keterampilan, yang dapat diperolehnya dengan mempelajari:
·          Psikologi umum
·          Psikologi pendidikan
·          Psikologi perkembangan
·          Mental Hygine
·          Teknik penilaian dan pengukurn pendidikan
·          Teori dan teknik bimbingan penyuluhan
·          Pengetahuan dalam bidang jabatan
·          Praktek bimbingan dan penyuluhan ( Hamalik, Oemar :2010:172-185)
Hambatan Pelaksanaan Kurikulum
1.      Hambatan Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam pelaksanaannya di sekolah, kurikulum berbasis kompetensi dalam hal ini Sekolah Dasar, ternyata tidak semulus harapan semula. Ada beberapa kendala dan kesenjangan yang perlu mendapat pemecahan. Kesenjangan-kesenjangan tersebut adalah:S
a.      Tenaga Kependidikan
Guru memegang peranan penting bagi keberhasilan pelaksanaan KBK. Rasio jumlah guru dan jumlah kelas harus seimbang. Kenyataannya banyak sekolah (SD) yang kekurangan guru. Di Kecamatan Bakung bahkan ada sekolah yang hanya memiliki 3 orang guru kelas, 1 orang guru agama Islam, dan Kepala Sekolah. Kondisi tersebut menuntut semua guru harus merangkap mengajar dua kelas sekaligus. Guru agama juga harus mengajar mata pelajaran umum. Keadaan ini bukanlah kondisi yang ideal untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal karena beban kerja guru melebihi kemampuannya.
Kualitas guru juga menjadi kendala. KBK menuntut guru mampu mengembangkan kurikulum secara kreatif. Guru harus selalu mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya, menguasai berbagai metode mengajar, menyusun persiapan mengajar, menyiapkan alat dan lingkungan belajar, serta segala prasyarat lainnya. Selama ini guru terbiasa dengan kurikulum yang relatif sudah “siap pakai”, tanpa harus menyusun silabus, mnyiapkan bahan dan mencari bahan sendiri dsb. Kurikulum 2004 yang hanya mencantumkan kompetensi dasar, hasil belajar yang dikehendaki, indikator, dan materi pokok, menuntut guru mengembangkan sendiri kurikulum tersebut sesuai situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Hal ini menuntut keahlian dan membutuhkan waktu yang cukup banyak. Guru yang kelebihan beban mengajar dan tugas-tugas lainnya, tentu sangat sulit untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya guru tetap kembali seperti kebiasaan semula, yaitu mengajar sesuai urut-urutan pada buku pelajaran/buku penunjang.
Perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2003 merupakan hal baru bagi guru. Untuk itu guru perlu mendapat sosialisasi terlebih dulu mengenai kurikulum baru tersebut. Pemerintah harus mensosialisasikannya melalui penataran dan pelatihan, setidaknya beberapa orang guru/pengawas di setiap kecamatan, dan selanjutnya pengawas/guru yang telah mendapatkan penataran dan pelatihan tersebut menyebarluaskan pada guru-guru lain di kecamatan ybs. melalui penataran serupa. Hal ini belum diterapkan pada beberapa kecamatan, termasuk kecamatan Bakung. Akibatnya guru-guru SD di Kecamatan Bakung sama sekali buta terhadap kurikulum 2004 ini.
Tenaga administrasi/TU juga sangat diperlukan di sekolah. Kenyataannya hampir semua sekolah (SD) tidak memiliki tenaga TU tersebut. Segala urusan ketatausahaan menjadi tugas kepala sekolah dan guru. Bahkan juga banyak sekolah yang tidak mempunyai penjaga sekolah. Hal ini jelas makin menambah beban pekerjaan guru yang sudah padat.
b.      Sarana Prasarana Yang Tersedia
Pembelajaran yang berhasil harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Banyak SD yang gedungnya tidak memenuhi syarat, seperti retak-retak, genting yang bocor, penerangan yang kurang, terlalu sempit, dan setumpuk permasalahan lainnya.
Alat peraga dan media pembelajaran harus tersedia agar siswa dapat menangkap materi pelajaran dengan baik. Untuk itu guru harus pandai dan mau menyediakan alat peraga serta media pembelajaran yang sesuai. Hal ini sulit dipenuhi karena guru tidak sempat lagi menyiapkan media karena dibebani dengan tugas-tugas membuat persiapan pembelajaran yang rumit dan membutuhkan banyak waktu, menganalisis soal ulangan formatif yang sebenarnya tidak perlu harus selalu dianalisis, menyelenggarakan program perbaikan dan pengayaan, mengoreksi pekerjaan siswa, mengolah nilai, dan tugas-tugas lainnya. Akibatnya perhatian guru pada pembelajaran sangat kurang.
Sarana lain yang sangat penting adalah tersedianya buku kurikulum 2004 sebagai kurikulum KBK. Buku kurikulum tersebut ternyata sampai sekarang belum tersedia di sekolah-sekolah dasar. Terpaksa sekolah-sekolah yang akan melaksanakannya harus meminjam dulu untuk difoto copy dari sekolah lain yang sudah terlebih dulu memfoto copy. Demikian secara berantai, sehingga mutu buku kurikulumpun makin lama makin kurang jelas. Seharusnya pemerintah harus bertanggung jawab untuk memperbanyak kurikulum dan disampaikan ke sekolah-sekolah kalau menginginkan sekolah dapat mengimplementasikannya. Tidak tersedianya buku kurikulum tersebut sangat mengganggu kelancaran penerapan kurikulum 2004.
c.      Pembiayaan
Kegiatan pembelajaran yang efektif harus didukung dana yang  cukup. Sulit bagi guru mengembangkan atau membuat media pembelajaran tanpa dukungan dana. Buku sumber juga harus tersedia, dan hal ini membutuhkan dana untuk membelinya. Selama ini dukungan dana dari pemerintah sangat terbatas, karena itu partisipasi masyarakat, khususnya orang tua murid, sangat diperlukan. Berita tentang akan turunnya dana dari pemerintah pusat berupa BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang cukup besar tentu merupakan kabar yang cukup menggembirakan, namun sampai makalah ini ditulis dana tersebut masih belum juga cair. Dana dari orang tua murid yang selama ini mendukung pembiayaan di sekolah dirasakan masih sangat kurang dan sulit untuk dinaikkan mengingat kesadaran dan kemampuan ekonomis masyarakat yang rendah.
d.     Masyarakat dan Lingkungan Sekolah
Suksesnya pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi perlu mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk orang tua murid. Peranan masyarakat dapat berupa dukungan dana, menjadi nara sumber, dan menciptakan suasana belajar di luar sekolah dan jam sekolah.  Masyarakat dan orang tua harus mendorong para siswa aktif belajar di rumah maupin dalam belajar kelompok. Dalam hal ini kebiasaan orang tua menyetel televisi pada jam-jam belajar harus dihentikan supaya anak dapat berkonsentrasi dalam belajar maupun mengerjakan PR.
e.       Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen pokok dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam implementasi kurikulum di sekolah, sistem evaluasi sangat berperan penting. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan otonomi yang sangat luas pada sekolah dan guru untuk mengembangkannya. Pemerintah pusat  hanya mencantumkan standar kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok saja. Guru harus mengembangkan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi sekolahnya. Konsekuensinya adalah sulit adanya keseragaman secara nasional, bahkan di tingkat kecamatan sekalipun. Karena itu pemberlakuan ujian nasional maupun ujian bersama seluruh kabupaten tidak dapat diterapkan lagi. Pemaksaan pemerintah serta Dinas Pendidikan Kabupaten untuk menyelenggarakan ulangan atau ujian bersama dengan alasan strandardisasi mutu memaksa guru mengajar secara tradisional, yaitu mengejar materi yang tercantum di dalam buku pelajaran yang diterbitkan oleh penerbit yang terkenal. Hal ini berarti maksud pemberlakuan KBK tidak dapat tercapai. Guru terpaksa mengikuti saja kebijakan  Depdiknas maupun Dinas Pendidikan Kabupaten serta mengikuti pola lama dalam mengajar, yaitu menghabiskan materi dan target kurikulum, bukan kompetensi siswa.
f.       Pemecahan masalah
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi telah menjadi keputusan pemerintah, karena itu sekolah-sekolah harus melaksanakannya. Berbagai kendala harus diatasi edapat mungkin. Sekolah sebagai pemegang hak otonom harus berani mengambil resiko dan lebih aktif untuk menutup segala kekurangan. Guru harus berusaha mengubah kebiasaan lamanya sedapat mungkin dengan lebih kreatif dalam mengajar, misalnya dengan penggunaan metode dan pendekatan yang bervariasi, memanfaatkan semua sumber belajar, dan sebagainya. Guru harus rajin mencari informasi dengan banyak membaca buku, menyaksikan berita, bahkan memanfaatkan internet. Semua ini harus ditempuh guru karena bagaimanapun guru tetap harus tunduk dan patuh pada kebijakan pemerintah maupun Dinas Pendidikan.
2.      Hambatan Dalam Pelaksanaan Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hambatan pelaksanaan KTSP dirasakan oleh guru, dalam wawancara pendahuluan didapatkan bahwa guru mengalami hambatan terutama dalam alokasi waktu saat evaluasi pembelajaran dan penerapan metode yang dianggap tidak efektif. Mengetahui hambatan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi, media pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Hambatan pelaksanaan pembelajaran yakni kurangnya kemampuan guru dalam mengaplikasikan media yang bervariasi, dimana erat kaitannya dengan sarana pembelajaran di sekolah. Guru masih terbatas pengetahuannya tentang sumber belajar,metode dan pengelolaan kelas. Hambatan dalam evaluasi pembelajaran, meliputi penilaian berbasis kelas dimana guru masih mengalami kesulitan dalam menentukan teknik penilaian yang disesuaikan dengan aspek penilaian yang ada dan alokasi waktu.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kurikulum merupakan suatu alat untuk tercapainya tujuan pengajaran dan pendidikan. Kurikulum merupakan dasar pelaksanaan pendidikan. Kurikulum merupakan kunci penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru harus mengkaji, mengetahui, memahami, dan melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku. Dengan demikian, guru akan melakkukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan arah pembelajaranya akan jelas.
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.  Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting yakni  peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, peranan kreatif. Kurikulum hendaknya bersifat luwes dan dinamis. Luwes dimaksudkan bahwa kurikulaum tidak baleh kaku, tapi dapat menyesuaikan diri  dengan masyarakat.

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah  yang berperan  adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa  bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksananakan proses administrasi kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Zulfahnur Z. dan Rosa, Rosmid. (1987) Telaah Kurikulum bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Karuna Jakarta
Hamalik, Oemar (2011). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar (2010). Manajemen Pengembangan Kurkulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Misdan, undang. (1989)Telaah Buku Teks dan Kurikulum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty.( 1993) Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta:PT Bumi Aksara
Sudjana, Nana (1996). Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo


No comments:

Post a Comment

Post Popular

Makalah Maulid Nabi Muhammad SAW 1

MAULID NABI MUHAMMAD SAW Diajukan untuk memenuhi   s alah satu tugas m ata p elajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...