LAPORAN HASIL KUNJUNGAN STUDY TOUR KE YOGYAKARTA
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
Ujian Madrasah (UM), Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN), dan
Ujian Nasional Nerbasis Komputer (UNBK).
Disusun
oleh:
v Annisa Ahlul Zanah
v Anwarul Masalik
v Darisman Sidik
v Herdi Riswandi
v Krista Sukmanun Karlina
v Sritina Nur Azizah
v Wahyu Agung
v Yuliyanti
KEMENTRIAN
AGAMA MADRASAH
ALIYAH
NEGRI 4 GARUT.
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
Jln.
Purwabhakti No.56 Cisewu-Garut
44166
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil kunjungan ke Yogyakarta telah disahkan
dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
Pembimbing, Wali
Kelas
Sri Lestari s.pd.i Rojatin
s.pd.i
NIP. NIP.
Mengetahui
Kepala Madrasah Aliyah Negri 4 Garut
Drs. H. Nandang, M.A
NIP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
ilahi robbi atas limpahan rahmat dan karunia‐Nya, serta
anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga
memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam menyelesaikan laporan Study Tour Yogyakarta yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti Ujian Madrasah (UM), Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional
(UAMBN), dan Ujian Nasional Berstandar Komputer (UNBK).
Selanjutnya, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Drs.
Nandang, M.A selaku Kepala MAN 4 Garut
2.
Ibu
Rojatin S.pd.i selaku wali kelas yang selalu memberi semangat dan motivasi
3.
Ibu
Sri Lestari S.pd.i selaku guru pembingbing
kami yang selalu membingbing kami dalam melaksanakan Study Tour ini
serta membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
4.
Rekan-rekan
yang selalu membantu dan memberi motivasi dalam mengerjakan tugas ini
5.
Kedua
orang tua kami yang selalu memberi do’a dan restunya sehingga kami bias
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman kami tentang Kota Yogyakarta, menjadikan keterbatasan
kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga karya tulis ini
membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka pola berpikir kita
tentang budaya dan sosial yang ada di kota Yogyakarta.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan ini. Terutama
kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan Guru pembimbing yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ini.
Cisewu,………………2018
Penyusun,
DAFTAR ISI
LEMBARESAHAN........................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR
ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………………………..
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………………………
C.
Tujuan Penelitian……………………………………………………………………
D.
Manfaat Penelitian……………………………………………………………………
E.
Metode Penelitian……………………………………………………………………
F.
Waktu Pelaksanaan……………………………………………………………………
BAB II OBJEK-OBJEK YANG DIKUNJUNGI
A.
Keraton Yogyakarta…………………………………………………………………
B.
Taman Pintar…………………………………………………………………………
C.
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………………
C.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Study Tour adalah suatu kegiatan
penelitian secara langsung terhadap suatu tempat ataupun sarana yang menjadi
objek penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas maka dilakukaan
penelitian karya ilmiah, dengan mengunjungi Daerah istimewa yogyakarta atau
yang lebih dikenal dengan nama Jogja, merupakan kota yang terkenal dengan
sejarah dan warisan budaya.
Yogyakarta
merupakan pusat kerajaan mataram, dan sampai saat ini masih ada keraton yang
masih berfungsi dalam arti sesungguhnya. Jogja juga memiliki banyak candi yang berusia
ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan besar zaman dahulu, salah
satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada abad ke 9 oleh dinasti
syailendra, sedangkan arsitektur dari candi
tersebut adalah gunadharma. Selain itu Pegunungan,pantai-pantai, hamparan sawah yang hijau dan udara
yang sejuk menghiasi keindahan kota Jogja. Masyarakat jogja hidup dengan damai
dan mempunyai keramahan yang khas.
Masyarkat Yogykarta hidup dengan
damai dan mempunyai keramahan yang khas.Tak heran
apabila kota Yogyakarta sangat terkenal dan merupakan
salah satu tujuan utama para wisatawan mancanegara, untuk berlibur dan
mengabiskan sisa waktu istirahatnya di Yogyakarta.
Adapun dalam
karya ilmiah ini telah menghasilkan data penelitian yang meliputi unsur budaya,
sosial, sejarah, dan unsur-unsur estetika yang ada dalam ornamen-ornamen
bangunan yang ada di saerah istimewa Yogyakarta.
1.
Bagaimana sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta ?
2.
Bagaimana sejarah berdirinya Taman Pintar ?
3.
Wahana apa saja yang ada di Taman Pintar ?
4.
Bagaimana berdirinya Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala ?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk menembah wawasan dan pengetahuan
yang lebih.
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya
Keraton Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui sejarah berdirinya
Taman Pintar.
4. Untuk mengetahui wahana apa saja
yang ada di Taman Pintar.
5. Untuk mengetahui sejarah berdirinya
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
6. Untuk mengetahui koleksi apa saja
yang ada di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
D. Manfaat
Penelitian
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan
tentang Yogyakarta.
2. Mengetahui tempat-tempat wisata yang
ada di Yogyakarta.
3. Menjadi referensi untuk penulis yang
masih meneliti Yogyakarta.
E. Metode
Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Penelitian
yang digunakan dalam pembuatan laporan study
tour ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan mengenai study
yang diteliti, eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan social dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
Fungsi
penelitian deskriptif adalah:
1. Mengungkapkan fakta, keadaan,
fenomena, variabel, dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya.
2. Menafsirkan dan menuturkan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap, serta pandangan yang
terjadi di dalam masyarakat, pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan
antara variabel, perbedaan antara fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan
lain-lain.
b.
Metode Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan data tentang penyusunan laporan digunakan beberapa metode yaitu:
1. Observasi
Penulisan
mengadakan pengamatan langsung pada tempat yang dijadikan sumber observasi.
2. Studi Pustaka
Pencarian
data melalui media internet untuk menambah perbendaharaan data agar karya tulis
ini dapat sempurna.
F. Waktu
Pelaksanaan
Hari :
Tanggal :
BAB II
OBJEK OBJEK YANG DIKUNJUNGI
A.
KERATON YOGYAKARTA
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I sebagian
bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini
konon ialah bekas sesuatu pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan
ini dipakai buat istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura
serta Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain mengatakan lokasi
keraton merupakan sesuatu mata air, Umbul Pacethokan, yang adanya di tengah
hutan Beringan. Sebelum menduduki Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I
berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang kini diantaranya wilayah Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman.
Awal mula berdirinya keraton
yogyakarta dimulai
secara fisik istana para Sultan Yogyakarta mempunyai tujuh kompleks inti yaitu
Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan),
serta Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). disamping itu Keraton Yogyakarta
mempunyai beragam warisan budaya baik yang berupa upacara ataupun benda-benda
langka serta bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu
lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah
mengejutkan bila nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton
Yogyakarta. serta buat itulah terhadap tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan buat menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Bagian-bagian
keraton dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag (sudah tidak ada), Gapura
Pangurakan nJawi/luar, Gapura Pangurakan Lebet/dalam, Alun-alun Utara, Kompleks
Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil, Gerbang Brojonolo, Kompleks Kamandhungan
Lor/utara, Gerbang Sri Manganti, Kompleks Sri Manganti, Gerbang Donopratopo,
Kompleks Kedhaton (kediaman resmi dan pusat istana), Gerbang Kamagangan,
Kompleks Kamagangan, Gerbang Gadhung Melati, Kompleks Kamandhungan
Kidul/selatan, Gerbang Kamandhungan, Sapit Urang/pamengkang, Kompleks Siti
Hinggil Kidul/selatan (sekarang disebut Sasana Hinggil), Alun-alun Selatan,
Gerbang Besar Nirbaya (Biasa disebut Plengkung Gadhing.
Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan
istana
resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan
keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan
rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat
ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota
Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari
raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan.
Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa
yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun
yang luas.
Secara umum
tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai
selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks
satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan
dengan Regolyang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun pintu terbuat
dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya
terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono.
Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Bangunan-bangunan
Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di
beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis,
Belanda,
bahkan Cina.
Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau
derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal
sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain
itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang
disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng
dan bertiang besi.
Permukaan
atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun
seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang
utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan,
serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap
atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun
yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna
senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur
Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad,
dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu
alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas.
Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks.
Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai
dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki
lantai utama yang lebih tingg. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu
persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Tiap-tiap
bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan
jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh
Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan
indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka
ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain
ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau
keseluruhan dari bangunan itu sendiri.
Alun-alun Lor
Alun-alun
Lor adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu
tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang
cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur
bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja
yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk
umum.
Pada
zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan
upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara
garebeg serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan, pisowanan ageng,
dan sebagainya. Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara yang
juga melibatkan masyarakat seperti konser-konser musik, kampanye, rapat akbar,
tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak
bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan
Mesjid Gedhe Kasultanan
Kompleks Mesjid Gedhe Kasultanan (Masjid Raya Kesultanan)
atau Masjid Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun
utara. Kompleks yang juga disebut dengan Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi
oleh suatu dinding yang tinggi. Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur.
Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi tertutup dengan atap
bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam terdapat pintu utama di sisi timur dan
utara. Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat
dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan sebuah bangunan
mirip sangkar yang disebut maksura. Pada zamannya (untuk alasan
keamanan) di tempat ini Sultan melakukan ibadah. Serambi masjid berbentuk joglo
persegi panjang terbuka. Lantai masjid induk dibuat lebih tinggi dari serambi
masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman
masjid. Di sisi utara-timur-selatan serambi terdapat kolam kecil. Pada zaman
dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.
Kompleks Pagelaran
Bangunan
utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag
Rambat. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa kesultanan
menghadap Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk even-even
pariwisata, religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton.
Sepasang Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan
barat Pagelaran. Dahulu tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan
latihan perang di Alun-alun Lor.
Siti Hinggil Ler
Di selatan
kompleks Pagelaran terdapat Kompleks Siti Hinggil. Kompleks Siti Hinggil secara
tradisi digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara resmi kerajaan. Di tempat
ini pada 19 Desember
1949 digunakan peresmian
Univ. Gadjah Mada. Kompleks ini dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya
dengan dua jenjang untuk naik berada di sisi utara dan selatan. Di antara
Pagelaran dan Siti Hinggil ditanami deretan pohon Gayam (Inocarpus
edulis/Inocarpus fagiferus; famili Papilionaceae).
Kamandhungan Lor
Di selatan
Siti Hinggil terdapat lorong yang membujur ke arah timur-barat. Dinding selatan
lorong merupakan dinding Cepuri dan terdapat sebuah gerbang besar, Regol
Brojonolo, sebagai penghubung Siti Hinggil dengan Kamandhungan.
Di sebelah timur dan barat sisi selatan gerbang terdapat pos penjagaan. Gerbang
ini hanya dibuka pada saat acara resmi kerajaan dan di hari-hari lain selalu
dalam keadaan tertutup. Untuk masuk ke kompleks Kamandhungan sekaligus kompleks
dalam Keraton sehari-hari melalui pintu Gapura Keben di sisi timur dan
barat kompleks ini yang masing-masing menjadi pintu masing-masing ke jalan Kemitbumen
dan Rotowijayan
Sri Manganti
Kompleks Sri
Manganti terletak di sebelah selatan kompleks Kamandhungan Ler dan dihubungkan
oleh Regol Sri Manganti. Pada dinding penyekat terdapat hiasan Makara
raksasa. Di sisi barat kompleks terdapat Bangsal Sri Manganti
yang pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu-tamu penting
kerajaan. Sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton yang
berupa alat musik gamelan. Selain itu juga difungsikan untuk penyelenggaraan
even pariwisata keraton.
Kedhaton
Di sisi selatan kompleks Sri Manganti berdiri Regol Donopratopo
yang menghubungkan dengan kompleks Kedhaton. Di muka gerbang terdapat sepasang
arca raksasa Dwarapala yang dinamakan Cinkorobolo disebelah
timur dan Bolobuto di sebelah barat. Di sisi timur terdapat pos
penjagaan. Pada dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan, Praja Cihna.
Di bagian Pelataran Kedhaton, Bangsal Kencono (Golden
Pavilion) yang menghadap ke timur merupakan balairung utama istana. Di
tempat ini dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga kerajaan di samping
untuk upacara kenegaraan. Di keempat sisi bangunan ini terdapat Tratag
Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk latihan menari. Di sebelah
barat bangsal Kencana terdapat nDalem Ageng Proboyakso yang menghadap
ke selatan. Bangunan yang berdinding kayu ini merupakan pusat dari Istana
secara keseluruhan. Di dalamnya disemayamkan Pusaka Kerajaan (Royal
Heirlooms), Tahta Sultan, dan Lambang-lambang Kerajaan (Regalia)
lainnya.
Kamagangan
Di sisi
selatan kompleks Kedhaton terdapat Regol Kamagangan yang menghubungkan
kompleks Kedhaton dengan kompleks Kemagangan. Gerbang ini begitu penting karena
di dinding penyekat sebelah utara terdapat patung dua ekor ular yang
menggambarkan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.
Di sisi selatannya pun terdapat dua ekor ular di kanan dan kiri gerbang yang
menggambarkan tahun yang sama.
Dahulu
kompleks Kemagangan digunakan untuk penerimaan calon pegawai (abdi-Dalem
Magang), tempat berlatih dan ujian serta apel kesetiaan para abdi-Dalem
magang. Bangsal Magangan yang terletak di tengah halaman besar digunakan
sebagai tempat upacara Bedhol Songsong, pertunjukan wayang kulit yang
menandai selesainya seluruh prosesi ritual di Keraton. Bangunan Pawon Ageng
(dapur istana) Sekul Langgen berada di sisi timur dan Pawon Ageng
Gebulen berada di sisi barat. Kedua nama tersebut mengacu pada jenis
masakan nasi Langgi dan nasi Gebuli. Di sudut tenggara dan
barat daya terdapat Panti Pareden. Kedua tempat ini digunakan untuk
membuat Pareden/Gunungan pada saat menjelang Upacara Garebeg.
Di sisi timur dan barat terdapat gapura yang masing-masing merupakan pintu ke
jalan Suryoputran dan jalan Magangan.
Kamandhungan Kidul
Di ujung
selatan jalan kecil di selatan kompleks Kamagangan terdapat sebuah gerbang,
Regol Gadhung Mlati, yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan kompleks
Kamandhungan Kidul/selatan. Dinding penyekat gerbang ini memiliki ornamen yang
sama dengan dinding penyekat gerbang Kamagangan. Di kompleks Kamandhungan Kidul
terdapat bangunan utama Bangsal Kamandhungan. Bangsal ini konon
berasal dari pendapa desa Pandak Karang Nangka di daerah Sokawati
yang pernah menjadi tempat Sri Sultan Hamengkubuwono I bermarkas saat
perang tahta III. Di sisi selatan Kamandhungan Kidul terdapat sebuah gerbang, Regol
Kamandhungan, yang menjadi pintu paling selatan dari kompleks cepuri. Di
antara kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang
disebut dengan Pamengkang.
Siti Hinggil Kidul
Arti dari
Siti Hinggil yaitu tanah yang tinggi, siti : tanah dan hinggil :
tinggi. Siti Hinggil Kidul atau yang sekarang dikenal dengan Sasana Hinggil
Dwi Abad terletak di sebelah utara alun-alun Kidul. Luas kompleks Siti
Hinggil Kidul kurang lebih 500 meter persegi. Permukaan tanah pada bangunan ini
ditinggikan sekitar 150 cm dari permukaan tanah di sekitarnya. Sisi
timur-utara-barat dari kompleks ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Pamengkang,
tempat orang berlalu lalang setiap hari. Dahulu di tengah Siti Hinggil terdapat
pendapa sederhana yang kemudian dipugar pada 1956 menjadi sebuah
Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai tanda peringatan 200 tahun kota Yogyakarta.
Siti Hinggil
Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan para prajurit
keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg, tempat menyaksikan
adu manusia dengan macan (rampogan) dan untuk berlatih prajurit
perempuan, Langen Kusumo. Tempat ini pula menjadi awal prosesi
perjalanan panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri. Sekarang,
Siti Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan untuk umum
khususnya wayang kulit, pameran, dan sebagainya
Kompleks
belakang
Alun-alun Kidul
Alun-alun
Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta.
Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran
berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal
tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di
belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki
lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat
masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat
terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan.
Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica;
famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae),
dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon
beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan
Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri
gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok,
harfiaf=jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang
menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.
Plengkung Nirbaya
Plengkung
Nirbaya merupakan ujung selatan poros utama keraton. Dari tempat ini Sultan HB
I masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dari Kedhaton
Ambar Ketawang. Gerbang ini secara tradisi digunakan sebagai rute keluar
untuk prosesi panjang pemakaman Sultan ke Imogiri. Untuk alasan inilah tempat
ini kemudian menjadi tertutup bagi Sultan yang sedang bertahta.
Bagian lain Keraton
Pracimosono
Kompleks
Pracimosono merupakan bagian keraton yang diperuntukkan bagi para
prajurit keraton. Sebelum bertugas dalam upacara adat para prajurit keraton
tersebut mempersiapkan diri di tempat ini. Kompleks yang tertutup untuk umum
ini terletak di sebelah barat Pagelaran dan Siti Hinggil Lor.
Roto Wijayan
Kompleks
Roto Wijayan merupakan bagian keraton untuk menyimpan dan memelihara
kereta kuda. Tempat ini mungkin dapat disebut sebagai garasi istana. Sekarang
kompleks Roto Wijayan menjadi Museum Kereta Keraton. Di kompleks ini
masih disimpan berbagai kereta kerajaan yang dahulu digunakan sebagai kendaraan
resmi. Beberapa diantaranya ialah KNy Jimat, KK Garuda Yaksa,
dan Kyai Rata Pralaya. Tempat ini dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Kawasan tertutup
Kompleks
Tamanan merupakan kompleks taman yang berada di barat laut kompleks
Kedhaton tempat dimana keluarga kerajaan dan tamu kerajaan berjalan-jalan.
Kompleks ini tertutup untuk umum. Kompleks Panepen merupakan
sebuah masjid yang digunakan oleh Sultan dan keluarga kerajaan sebagai tempat
melaksanakan ibadah sehari-hari dan tempat Nenepi (sejenis meditasi). Tempat
ini juga dipergunakan sebagai tempat akad nikah bagi keluarga Sultan. Lokasi
ini tertutup untuk umum. Kompleks Kraton Kilen dibangun semasa
Sultan HB VII. Lokasi yang berada di sebelah
barat Keputren menjadi tempat kediaman resmi Sultan HB X
dan keluarganya. Lokasi ini tertutup untuk umum.
Kompleks Taman Sari merupakan peninggalan Sultan HB I.
Taman Sari (Fragrant Garden) berarti taman yang indah, yang pada zaman
dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan beserta kerabat istana. Di
kompleks ini terdapat tempat yang masih dianggap sakral di lingkungan Taman
Sari, yakni Pasareyan Ledoksari tempat peraduan dan tempat pribadi
Sultan. Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa
bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah.
Di masa lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat Sultan melakukan
ibadah. Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah. Di bagian lain masih
banyak lorong bawah tanah yang lain, yang merupakan jalan rahasia, dan
dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bila sewaktu-waktu kompleks ini mendapat
serangan musuh. Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa sedikit saja.
Kadipaten
Kompleks
nDalem Mangkubumen merupakan Istana Putra Mahkota atau dikenal dengan
nama Kadipaten (berasal dari gelar Putra Mahkota: “Pangeran Adipati Anom”.
Tempat ini terletak di Kampung Kadipaten sebelah barat laut Taman Sari dan
Pasar Ngasem. Sekarang kompleks ini digunakan sebagai kampus Univ Widya
Mataram. Sebelum menempati nDalem Mangkubumen, Istana Putra Mahkota
berada di Sawojajar, sebelah selatan Gerbang
Lengkung/Plengkung Tarunasura (Wijilan). Sisa-sisa yang ada antara lain
berupa Masjid Selo yang dulu berada di Sawojajar.
Benteng Baluwerti
Benteng
Baluwerti Keraton Yogyakarta merupakan sebuah dinding yang melingkungi
kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya. Dinding ini didirikan atas prakarsa
Sultan HB II ketika masih menjadi putra mahkota di
tahun 1785–1787. Bangunan ini
kemudian diperkuat lagi sekitar 1809 ketika beliau telah menjabat sebagai Sultan. Benteng ini
memiliki ketebalan sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 3-4 meter. Untuk masuk ke
dalam area benteng tersedia lima buah pintu gerbang lengkung yang disebut
dengan Plengkung, dua diantaranya hingga kini masih dapat disaksikan.
Sebagai pertahanan di keempat sudutnya didirikan bastion, tiga diantaranya
masih dapat dilihat hingga kini.
B.
TAMAN PINTAR
Taman
Pintar Yogyakarta (TPY ) adalah salah satu wisata pendidikan
atau wisata edukasi paling banyak di kunjungi di
Yogyakarta. Rasanya belum lengkap bila mengunjungi kota Yogyakarta tidak
menyempatkan diri bermain ke Taman Pintar Yogyakarta bersama
keluarga dan anak-anak. Pada bangunannya menampilkan nuansa modern dan
tradisional yang mempunyai keindahan tersendiri. Taman ini menawarkan wahana
belajar dan rekreasi yang cukup lengkap untuk anak-anak, baik usia pra sekolah
sampai tingkat sekolah menengah. Pada rentang usia tersebut merupakan generasi
penerus yang potensial mendapat pencerahan belajar ilmu dann tekhnologi (iptek)
Taman Pintar
didirikan atas gagasan dari Walikota Yogyakarta Herry Zudianto SE, Akt, MM
yang selanjutnya dibangun diatas tanah seluas 12.000 m2. Wisatawan yang masuk
ke taman ini bisa langsung mencoba dan menyaksikan hasil karya dari sebuah
inovasi dan teknologi dan permainan yang sangat menarik dan banyak bermuatan
edukasi pagi anak-anak.
Terbentuknya
taman pintar Yogyakarta semacam ini sebelumnya terinspirasi dari
berdirinya pusar peragaan iptek yang sudah ada sebelumnya yang berlokasi di
Taman Mini Indonesia Indah Jakarta yang selanjutnya menjadi contoh untuk
pengembangan di daerah lain. Di Yogyakarta dengan Taman Pintarnya, dan di Jawa
Timur dengan Jawa Timur Parknya dan semoga segera menyusul daerah lain untuk
membangun tempat wisata berorientasi pendidikan untuk anak-anak.
Taman Pintar
dibangun mulai bulan Mei 2006 dan setahun kemudian pada tanggal 9 Juni 2007
diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X
bersama dua menteri yaitu Menteri Riset dan Tekhnologi ( Menristek ),
Kusmayanto Kadiman, P.h.D dan menteri Pendidikan Nasional ( Mendiknas ), Prof.
Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
Taman ini
menawarkan model edukasi atau pembelajaran yang memadukan konsep pendidikan dan
permainan dengan media yang menarik sehingga dapat merangsang keingintahuan
anak dan memancing kreativitas anak terhadap iptek.
Maskot Taman
Pintar yang berupa “ Burung Hantu Memakai Blangkon“. Burung hantu
diartikan sebagai burung yang memiliki kepekaan yang tinggi, sanggup merasakan
dan mempelajari keadaan alam dan lingkungan yang ada disekitarnya. Sedangkan Blangkon
merupakan pakaian adat Yogyakarta untuk menutup kepala laki-laki.
Motto yang
dipakai taman ini diambil dari ajaran Ki Hadjar Dewantara yaitu : 3 N : Niteni
(mengingat/memahami), Nirokake (menirukan) dan Nambahi (mengembangkan). Dalam
relevansinya dengan proses belajar ilmu pengetahuan dan tekhnologi mengacu pada
konsep 3 A yaitu : Adopt, Adapt dan Advance.
Taman Pintar
berisi materi yang terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk
kelompok usia dibagi lagi menjadi tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak,
sekolah dasar sampai sekolah menegah. Sedangkan untuk penekanan materinya
disampaikan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang
disampaikan melalui bentuk anjungan yang ada seperti : anjungan pengenalan,
anjungan pengenalan ilmu-ilmu dasar, anjungan permainan dan anjungan penerapan
iptek.
Konsep
pembelajaran yang dipakai pada taman ini garis besarnya bertujuan untuk
meningkatkan mutu penguasaan materi pendidikan yang diberikan di sekolah
ditengah menurunnya minat baca dari masyarakat dan anak-anak pada khususnya.
Dengan model alat peraga, anak-anak akan lebih tertarik untuk mengembangkan
kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan pola
pikirannya sendiri. Orang tua diharapkan aktif dalam memilih wahana
pembelajaran dan permainan yang sesuai dengan usia anak. Jangan dipaksakan
dalam pembelajaran dengan alat peraga tersebut.
Taman pintar
sebagai kawasan yang terpadu dari berbagai macam wahana belajar dalam satu
lokasi merupakan keistimewaan tersendiri sehingga Taman Pintar ini sekarang
sudah menjadi tempat wisata favorit dan menjadi ikon wisata pendidikan di
Yogyakarta.
Taman Pintar
ini dibangun dengan biaya Rp.53 milyar yang berisi enam zona yang didalamnya
terdapat isi materi antara lain : Gedung Memorabilia, Gedung Kotak lantai 2,
Gedung Oval lantai 2, Gedung oval lantai 1, Gedung Paud barat dan timur dan
Playground Area.
Zona-zona
tersebut mempunyai beberpa wahana tersendiri seperti Taman Bermain, Penjelajah
Kecil, Titian Penemuan, Petualangan Lingkungan, Jembatan Sains, Titian Sains,
Indonesiaku, Tekhnologi canggih dan Populer.
Area untuk
tempat bermain anak-anak sangat luas, seperti di wahana taman bermain anak yang
merupakan ruang publik bagi pengunjung dan berfungsi sebagai ruang tunggu. Di
tempat tersebut anak anak dapat belajar tentang sains seperti cakram warna,
dinding berdendang dan permainan air.
Fasilitas Taman Pintar Yogyakarta
Di Taman in
banyak tersedia berbagai fasilitas pendukung seperti mushola, laboratorium,
perpustakaan, toilet, ruang pertunjukan indor dan outdoor, kios souvenir, toko
buku dan halaman parkir yang cukup memadai.
Taman Pintar berlokasi di Jalan
Penembahan Senopati No.3, Yogyakarta. Lokasi ini dahulu
digunakan untuk shooping center yang sekarang dipindah sebelah utara taman ini,
bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta.
Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping
Center, dengan pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman
Pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti
Taman Budaya, Benteng Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung. Relokasi area mulai dilakukan pada tahun 2004, dilanjutkan
dengan tahapan
- Pembangunan
Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD Timur, yang
diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh Mendiknas,
Bambang Soedibyo.
- Pembangunan
Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak lantai I,
yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas, Bambang
Soedibyo,
bersama Menristek, Kusmayanto
Kadiman,
serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
- Pembangunan
Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden dan Gedung
Memorabilia.
Logo Taman Pintar
Kembang api
adalah simbolisasi dari intelegensi dan imajinasi. Dalam bahasa Jawa, kembang
api menggambarkan MLETHIK = PINTAR = PADHANG MAK BYAAR = PINTAR.
Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan, menghibur, sesuai dengan visi
Taman Pintar sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan kreasi sains dalam suasana
yang menyenangkan.
Gambar logo
yang muncul ke luar mengandung makna Outward Looking, selalu melihat ke
luar untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan di luar dirinya. Gambar
logo tampak seperti matahari mengandung makna menyinari sepanjang masa. Jari
jemari kembang api melambangkan keselarasan antara INTELEGENSI dan SOCIAL
LIFE, diharapkan pengguna Taman Pintar mempunyai IQ, SQ, dan EQ.
Efek
perspektif adalah simbolisasi "sesuatu yang tinggi", CITA-CITA,
pengharapan bahwa Taman Pintar akan membantu generasi muda Indonesia, khususnya
Yogyakarta dalam meraih cita-citanya. Miring ke kanan sebagai visualisasi
pergerakan ke arah yang lebih baik. Warna gabungan HIJAU-BIRU melambangkan PERTUMBUHAN
TAK TERBATAS.
- Playground
Sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman
Pintar. Menyediakan berbagai peralatan peraga yang menyenangkan bagi anak dan
keluarga. Dapat diakses secara cuma-cuma/gratis
- Gedung
PAUD Barat
dan Gedung PAUD Timur
Menampilkan peralatan peraga dan permainan edukasi bagi
anak-anak, khususnya anak usia Pra-TK sampai dengan TK.
- Gedung
Oval - Kotak
Menampilkan berbagai peralatan peraga berbasis edukasi sains
yang dikemas menyenangkan dan dapat diperagakan. Dapat diakses oleh semua
lapisan pengunjung.
- Gedung
Memorabilia
Menampilkan peralatan peraga tentang pengetahuan sejarah
Indonesia, seperti sejarah Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta, Tokoh-tokoh
Pendidikan, dan Tokoh-tokoh Presiden RI hingga saat ini.
- Planetarium
Menampilkan peralatan peraga berbentuk pertunjukan film
pengetahuan tentang antariksa dan tata surya.
C. MUSEUM
PUSAT TNI-AU DIRGANTARA MANDALA
Museum
Pusat TNI AU
"Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas oleh TNI Angkatan Udara untuk mengabadikan peristiwa
bersejarah dalam lingkungan TNI AU, bermarkas di kompleks Pangkalan Udara Adi Sutjipto,
Yogyakarta.
Museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta
dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin
Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta
pada 29 Juli
1978. Alamat
Museum, Komplek Pangkalan TNI AU Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.
Atas gagasan
pimpinan TNI AU,
maka didirikanlah Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” sebagai
tempat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dan peristiwa
bersejarah di lingkungan TNI AU. Museum ini telah diresmikan pada tanggal 4 April
1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana
Roesmin Noerjadin. Awalnya, museum berada di
Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta. Akan tetapi, museum kemudian dipindahkan ke
Yogyakarta karena dianggap sebagai tempat penting lahirnya TNI AU dan pusat
kegiatan TNI AU. Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU
“Dirgantara Mandala”, terutama Alutsista Udara berupa pesawat terbang yang terus
berkembang sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara tidak dapat
menampung dan pertimbangan lokasi museum yang sukar dijangkau pengunjung, maka
Pimpinan TNI-AU memutuskan untuk memindahkan museum ini lagi.
Pimpinan
TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud
Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik
sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember
1982, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal
TNI Ashadi
Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan
surat perintah Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984
tentang rehabilitasi gedung ini untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada
tanggal 29 Juli
1984 Kepala Staf TNI-AU Marsekal
TNI Sukardi meresmikan
penggunaan gedung yang sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat
TNI AU “Dirgantara Mandala” dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2
Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765
Koleksi museum
Rudal
SA 75 milik Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Kamera
K-24 dibuat oleh Amerika tahun 1944. Kamera ini menjadi koleksi Museum
Dirgantara Mandala sejak tahun 1978.
Museum ini
menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah
Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat
di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan
kemerdekaan, diantaranya:
- Pesawat Ki-43 buatan Jepang
- Pesawat PBY-5A (Catalina).
- Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat
pertama hasil produksi Indonesia)
- Pesawat A6M5
Zero Sen buatan Jepang.
- Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16
Badger.
- Helikopter Hillier 360 buatan AS.
- Pesawat P-51
Mustang buatan AS.
- Pesawat KY51 Cureng buatan
Jepang.
- Replika pesawat Glider Kampret buatan
Indonesia.
- Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
- Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan Russia.
- Rudal SA-75
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara
Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi berupa Prototype Bom sejumlah 9
buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama dengan PT. Pindad
dan PT. Sari Bahari. Bom-bom
tersebut merupakan bom latih (BLA/BLP) dan bom tajam (BT) yang memiliki daya
ledak tinggi (high explosive), sebagai senjata Pesawat Sukhoi Su-30,
F-16, F-5, Sky Hawk,
Super Tucano
dll.
Museum
Dirgantara Mandala terletak di dalam kompleks TNI Angkatan Udara Republik
Indonesia, Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Meskipun lokasinya agak tersembunyi,
anda bisa menemukan museum ini dengan mudah. Dari fly over Janti,
pilihlah jalan menuju Ring Road Timur. Sesampainya di depan SMA Angkasa,
berbeloklah ke kiri dan anda akan menemukan museum ini. Alamat : Kompleks
Landasan Udara Adisucipto, Jl. Kolonel Sugiono, Banguntapan, Yogyakarta,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Koleksi utama
yang paling menarik dari Museum Dirgantara mandalah adalah puluhan pesawat
terbang, mulai dari pesawar angkut hingga pesawat tempur. Pesawat-pesawat ini
jelas memiliki nilai sejarah yang panjang. Sebut saja pesawat terbang WEL–1
RI–X yang merupakan pesawat bermesin tunggal dengan tempat duduk tunggal serta
sayap atas yang menjadi pesawat mesin pertama rakitan anak bangsa pada tahun
1948. Ada juga pesawat Bomber Tu-16 buatan rusia, terbesar dan paling ditakuti
di masanya, pernah digunakan dalam pertempuran di Papua. Ada juga replika
pesawat C-47 Dakota VT-CLA yang dulu pernah ditembak jatuh di daerah Ngoto,
Bantul. Selain koleksi pesawat yang tertata rapi di ruang alutista, ada juga
beberapa pesawat yang terparkir di halaman berumput hijau nan asri.
Koleksi lain
yang ada di Museum Dirgantara adalah foto-foto dan torso para pejuang perintis
TNI AU seperti Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda
TNI Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda TNI Anumerta Adi
Sumarmo, Marsekal Muda TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan lain-lain.
Mereka adalah pemuda-pemuda pemberani yang menjadi saksi sekaligus pelopor
berdirinya Angkatan Udara Indonesia. Tak hanya itu, kamu pun bisa melihat aneka
koleksi foto, tanda kehormatan, pakaian dinas, buku, senjata api, , mesin
pesawat, radar, bom atau roket, parasut, hingga diorama yang disusun
berdasarkan kronologi peristiwa. Salah satu koleksi menarik adalah diorama
Satelit Palapa dan pesawat ruang angkasa Challenger yang mengorbitkan pesawat
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Museum
Dirgantara TNI-AU
No comments:
Post a Comment