MAULID NABI MUHAMMAD
SAW
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan
Islam
Di Susun Oleh :
TANIA AMELIA
Kelas IX - E
PEMERINTAH
KABUPATEN GARUT
DEPARTEMEN AGAMA
MTsN 1 CISEWU
2016
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan
Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah tugas dengan judul “Maulid Nabi Muhammad Saw ” Melalui kata
pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila
mana isi tugas ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat
atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan tugas ini
dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi tugas ini
sehingga dapat memberikan manfaat.
Garut, .....................2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
………………………………………………..............................i
Daftar Isi ………………………………………………………...........................ii
Bab I. Pendahuluan
…………………………………………..............................1
Bab II. Pembahasan …………………………………………..............................3
Bab III. Penutup ……………………………………………….
..........................11
BAB I
PENDAHULUAN
Maulid Nabi atau
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan
semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras
mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis,
Jerman, dan Inggris. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan
persaudaraan ukhuwah.
Ternyata
peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan
hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora
kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583
H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil
Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Dalam sejarah
penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan
oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik
masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda
memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan
Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Kini peringatan
Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari
Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak
NU.
Dalam Madarirushu’ud
Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari
lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin
Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir
Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
BAB II
PEMBAHASAN
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam ISLAM
A.
Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi
Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي),
adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh
pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab
berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat
Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini
adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
B.
Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
1.
Pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama dan waktu
pelaksanaannya.
Perayaan Maulid
Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang
gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi
(1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari
Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan
kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat
itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa
dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
2.
Latar belakang pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi atau
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan
semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras
mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis,
Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The
Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan
menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat
perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam
terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah
tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai
lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang
pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M
atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia setingkat Gubernur.
Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah
kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Kata
Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara
mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam
di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender
Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus
dirayakan secara massal.
Dalam sejarah
penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan
oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik
masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda
memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan
Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat
syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga
bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman
Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan
tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang disebut gapura
(dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada zaman
kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata “gerebeg”
artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton
menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana
upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada
juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut
Idul Adha).
Kini peringatan
Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari
Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak
NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat
variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan
Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial
untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan
upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang
diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang
menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Ada yang hanya
membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa juga ditambah dengan
berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman
hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah hasanah dari
para muballigh kondang.
3.
Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada saat itu
Pada masa
pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi tahun 1174-1193 M atau 570-590
H (Dinasti Bani Ayyub) umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan
diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan
Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada
tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap
Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat
perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam
harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi
mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi
Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu
saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Waktu itu tujuannya
untuk memperkokoh semangat keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para
tentara yang lengah bersiap menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang
ingin merebut tanah suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin.
4.
Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Beberapa bentuk
peringatan maulid yang sering dilaksanakan masyarakat adalah :
1.
Pembacaan kalam wahyu Ilahi
2.
Tahlilan
3.
Doa bersama
4.
Ceramah keagamaan
5.
Manfaat/dampak/akibat pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Diantara Manfaat
yang timbul dari peringatan Maulid adalah ;
a.
Membuat generasi muda lebih mengenal kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan
beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban beliau dari
Allah SWT kepada alam semesta.
Para sahabat
kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan. Salah satu
misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, “Kami selalu
mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW,
sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini
menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang terjadi dalam
perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa
saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan
b.
Sebagai sarana umat Islam untuk berkumpul dan saling menjalin silaturahim.
Masyarakat yang
tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi
dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya,
berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.
C.
Dalil-dalil Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
1.
Merayakan maulid termasuk dalam membesarkan kelahiran para Nabi. Hal yang
berkenaan dengan kelahiran Nabi merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang
lebih, sebagaimana halnya tempat kelahiran para nabi.
Dalam Al quran
sendiri juga disebutkan doa sejahtera pada hari kelahiran para Nabi seperti
kata Nabi Isa dalam firman Allah surat Maryam ayat 33:
وَالسَّلامُ عَلَيَّ
يَوْمَ وُلِدْتُ
“dan
kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”.
Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari
kelahiran beliau.
Dalam Al Quran,
Allah juga tersebut perintah untuk mengingat hari-hari bersejarah, hari dimana
Allah menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut, seperti dalam firman
Allah surat Ibrahim ayat 5:
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ
اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“dan ingatkanlah
mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”
2.
Rasulullah sendiri pernah merayakan hari kelahiran beliau sendiri yaitu dengan
berpuasa pada hari senin. Ketika ditanyakan oleh para shahabat beliau menjawab:
فيه ولدت وفيه أُنزل
عليَّ
“itu adalah hari
kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)
Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi
landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda
bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan
dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri
kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan
dibolehkan melaksanakan maulid Nabi.
Tujuan
pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
“Pelaksanaan
maulid bertujuan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, selain
itu juga agar masyarakat lebih mengenal kepribadian, jalan hidup dan liku-liku
yang dilalui Rasulullah untuk dapat membawa ISLAM hingga sekarang”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peringatan
maulid pada awalnya bertujuan untuk menyatukan umat islam dalam menghadapi
perang salib, tujuan ini berubah seiring berjalannya waktu. Maulid dapat
menjadi sarana penyambung silaturrahmi antar warga masyarakat dan sarana untuk
memperkenalkan kepribadian dan nilai-nilai luhur yang ada pada diri Rasulullah.
Melaksanakan
peringatan Maulid Nabi Muhammad adalah baik selama tidak menyeleweng dari
aqidah dan syariat agama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya dalil yang
memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW.
B.
Saran-saran
Sebaiknya acara
maulidan tidak hanya berisi ceramah maupun doa saja, tetapi diisi oleh hal-hal
yang dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat. misalnya diadakan berbagai
lomba, bazaar, maupun pengumpulan dana bagi orang-orang yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
(www.edukasi.kompasiana.com:
28/01/2013)
(www.isomwebs.com:
28/01/2013)
(www.elangajib.com:
28/01/2013)
(www.santribuntet.wordpress.com:
28/01/2013)
(www.mudrimesra.com:
28/01/2013)
(www.thohiriyyah.com:
28/01/2013)
(www.sejarah.kompasiana.com:
28/01/2013)
(www.ketikanadiratna.blogspot.com:
28/01/2013)
makalahnya bagus, boleh minta enggak
ReplyDeletemantappp, boleh....
ReplyDelete