Makalah Pembaharuan Islam Di India
Disusun untuk Memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Perbandingan Madzhab
Dosen Pengampu : Drs. Dasma Setiawan
Oleh:
SRI WAHYUNI AYU WANGI
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SABILI BANDUNG
Jl. Gagak, No.15
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin,
segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul Pembaharuan Islam Di India . Kami menyadari bahwa
makalah ini belum maksimal dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharap masukan, kritikan dan saran para pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya, semoga amal
baik semua pihak diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan darinya dengan
pahala yang setimpal dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi
pembaca sekalian.Aamiin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Caringin, .....................2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
………………………………………………..............................ii
Daftar Isi
………………………………………………………...........................iii
Bab I. Pendahuluan …………………………………………..............................1
Bab II. Pembahasan
…………………………………………..............................4
Bab III. Penutup ……………………………………………….
.........................20
Daftar Pustaka ……………………………………………….............................23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
kesadaran keagamaan umat Islam di dunia tidak bisa dilepaskan dari munculnya
gerakan pembaruan pemikiran sejak abad ke-19 lalu. Dimana gerakan pembaharuan
ini dilatarbelakangi oleh kemunduran dunia Islam pada abad ke 10, kemudian
tenggelam berabad-abad lamanya. Faktor yang menjadi penyebab utama kemunduran
dunia Islam adalah mundurnya spirit yang menimpa kaum muslimin yang ditampilkan
dalam bentuk khurafat, umat Islam tidak lagi menggunakan pikirannya sebagaimana
para pemikir-pemikir sebelumnya melakukan ijtihad, untuk menggali sumber yang
asli kepada Al-Qur’an dan Hadist Nabi, praktek bermazhab dan bid’ah telah
subur. Setelah berabad-abad lamanya masa kemunduran islam, muncullah gerakan
pemikiran yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan.
Istilah
gerakan yang disebut pembaharuan ini memberi arah dan perspektif keagamaan yang
relatif berbeda dari pusat-pusat peradaban Islam di Timur Tengah.
Diantara beberapa negara yang melakukan gerakan pembaharuan adalah India
dan Pakistan. Dimana keduanya memiliki keterkaitan sejarah, bahkan merupakan
satu kesatuan dalam sejarahnya. Negara ini termasuk negara yang besar, luas
daerahnya maupun kebudayaan dan peradabannya, akhirnya menjadi suram dan bahkan
hancur dengan kedatangan orang-orang kulit putih.
Terkait
pembahasan mengenai konseptor, maka tidak bisa dilepaskan dari pembahasan
tentang gerakan pembaharuan umat muslim di India dan Pakistan, tokoh-tokoh
serta pemikiran mereka, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang
tokoh yang berperan besar terkait dengan terbentuknya negara Pakistan, yaitu
Sayyid Amir Ali, Muhammad Iqbal yang dikenal sebagai Bapak Pakistan dan
Muhammadi Ali Jinnah yang dikenal sebagai tokoh yang mewujudkan terbentuknya
Negara Pakistan.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
ruang lingkup pembahasan pada makalah ini meliputi :
1.
Bagaimana geografi dan periodesasi gerakan pembaharuan di India dan Pakistan
2.
Bagaimana geografi India dan Pakistan
3.
Bagaimana latar belakang gerakan pembaharuan di India dan Pakistan
4.
Bagaimana Biografi tokoh-tokoh pembaharuan di India atau Pakistan ?
5.
Bagaimana pemikiran ketiga tokoh tersebut dalam pembaharuan Islam di
India-Pakistan?
6.
Apa hikmah atau pelajaran yang bisa diambil dari pemikiran tiga tokoh pembaharu
tersebut?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui latar belakang pendidikan dari tiga tokoh pembaharu di
India-Pakistan.
2.
Dapat mengerti dan memahami dasar pemikiran tiga tokoh tersebut dalam
pembaharuan Islam di India-Pakistan.
3.
Untuk bisa mengambil hikmah dari hasil pemikiran tiga tokoh pembaharu tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM DI INDIA
DAN PAKISTAN
A.
Geografi dan Periodesasi Gerakan Pembaharuan di India dan Pakistan
1.
Geografi India
India
adalah sebuah negara di Asia yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di
dunia, dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan adalah negara terbesar
ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis dengan luas wilayah 3.287.590 km².
Disebelah
timur India berbatasan dengan Myanmar yang dibatasi oleh kaki Pegunungan
Himalaya. Pada bagian ini India mengelilingi hampir seluruh bagian negara
Bangladesh. Di sebelah barat India berbatasan dengan Pakistan dan laut barat.
Di bagian utara, India berbatasan dengan Nepal, Rusia, dan China. Di sebalah
selatan, negara ini berbatasan dengan Samudra Hindia.
India
terletak di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang 7.000 km, dan bagian
dari anak benua India, India merupakan bagian dari rute perdagangan penting dan
bersejarah. Dia membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Cina,
Myanmar. Banglades, Nepal, Bhutan, dan Afganistan. Sri Lanka, Maladewa, dan
Indonesia adalah negara kepulauan yang bersebelahan.
2.
Geografi Pakistan
Pakistan
adalah negara terbesar ke 36 dengan luas 796.095 km persegi. Pakistan berbatasan
langsung dengan India di selatan, China di timur, Afghanistan di utara, dan
Iran di barat. Pakistan merupakan perpaduan pemandangan yang bervariasi seperti
padang pasir, hutan, bukit, dan dataran tinggi mulai dari wilayah pesisir laut
Arab di selatan ke pegunungan dari kisaran Karakoram di utara.
3.
Latar Belakang Gerakan Pembaharuan di India dan Pakistan
Gerakan
pembaharuan dilatarbelakangi oleh faktor kesenjangan perlakuan Inggris terhadap
umat Hindu dan umat Islam dalam sistem pemerintahan, serta kesemenah-menahan
Inggris terhadap rakyat. Penguasaan Inggris pada mulanya seiring dengan kultur
masyarakat disana. Namun, pada tahun 1830-an kalangan misionaris Inggris
menjadi semakin aktif, dan para pejabatan Inggris mulai menindas praktik
keagamaan baik agama Islam maupun agama Hindu, dan mereka sering menjatuhkan
hukuman secara kejam.
Sejak
awal abad XVIII kekuasaan Islam Mongol yang berpusat di Delhi semakin merosot.
Lemahnya kemampuan serta kewibawaan sultan tidak dapat mengahalangi kehendak
para amir akan melepaskan diri dan berkuasa penuh di wilayah mereka. Selain itu
kaum Brahmana mulai bergerak ingin membangun kembali kerajaan Hindu. Rakyat
Maratha yang sebelumnya telah berulangkali memberontak dan bergerilya, akhirnya
berhasil membebaskan diri dan mendirikan kerajaan Hindu yang merdeka di India
Barat. Demikian pula golongan Sikh memenangkan pemberontakannya.
Bangsa
Inggris semenjak permulaan abad XVII telah datang sebagai pedagang dengan
angkatannya yang bernama “The East India Company.” Mengetahui
pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di
satu pihak, dan antara Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai
taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail
di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di
sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan.
Dengan
politik adu domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639.
Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya
dengan kekuatan bedil, politik adu-domba dan senjata uang, dilumpuhkannya
kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali memberontak, tetapi
tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja
Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun
1817-1818.
Terjadi
kesenjangan antara Islam dan Hindu dan kesemenah-manahan Inggris terhadap
masyarakat memunculkan gerakan pembaharuan dari umat Islam diantaranya gerakan
mujahidin dan lahirlah tokoh-tokoh pembaharuan seperti: Abdul Azis (1746-1823),
Sayid Ahmad Syahid (1786-1831), Sayid Ahmad Khan (1817-1898), Syeh ahmad
sirhindi dan Imam Waliyullah dimana secara umum mereka meyuarakan persamaan
derajat antara umat muslim dan umat hindu di dalam pemerintahan kolonial
Inggris.
B.
Biografi Tokoh-tokoh Pembaharuan di India dan Pakistan
1.
Sayyid Amir Ali
Sayyid
Amir Ali berasal dari keluarga Syiah di zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah
dari Khurasan di Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di istana Raja
Mughal. Sayyid Amir Ali lahir pada tahun 1849, dan meninggal pada tahun 1928
dalam usia 79 tahun. Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyyah
yang berada di dekat Kalkuta. Ia belajar bahasa Arab dan Inggris, kemudian
sastra Inggris dan hukum Inggris.
Di
tahun 1869, ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai tahun 1873
dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum. Ia kembali ke India dan
bekerja sebagai pegawai pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar
dalam hukum Islam. Pada tahun 1877, ia membentuk National Muhammedan
Association, sebagai wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya ialah
untuk membela kepentingan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang
politik.
Di
tahun 1883, ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majelis Wakil
Raja Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam majelis itu.
Selanjutnya di tahun 1904, ia meninggalkan India dan menetap untuk
selama-lamanya di Inggris.
Pada
tahun 1906, ia diangkat menjadi anggota The Judicial Committee of the Privy
Council (Komite Kehakiman Dewan Raja) di London, dan merupakan orang India
pertama yang menduduki jabatan tersebut. Amir Ali sendiri adalah seorang
pemimpin yang dekat dengan pemerintah Inggris di India. Dia melihat
pemerintahan Inggris adalah suatu alternatif untuk menghindari kemungkinan
dominasi orang Hindu di India setelah kemerdekaan diperolehnya. Setelah berada
di London, ia mendirikan cabang Liga Muslimin (didirikan tahun 1906). Ia
terlibat pula dalam perundingan-perundingan di London tentang rancangan
pembaharuan politik di India.
2.
Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah. Ia lahir pada tahun 1876 di
Sialkot, Punjab, wilayah Pakistan (sekarang). Pendidikan formalnya dimulai di
Scottish Mission School, Sialkot, di bawah bimbingan Mir Hasan, seorang guru
yang ahli sastra Arab dan Persia. Kemudian ia mendapatkan biasiswa untuk
melanjutkan ke Goverment College, di Lahore, sampai mendapat gelar MA. Di kota
Lahore ia berkenalan dengan Thomas Arnold dan sekaligus menjadi pembimbingya,
seorang orientalis yang menurut keterangan mendorong Iqbal untuk studi ke
Inggris. Setelah selesai menempuh pendidikan di Lahore, Iqbal diangkat menjadi
staf dosen di Goverment College dan mulai menulis syair-syair dan buku.
Akan
tetapi, profesinya sebagai dosen tidak berlangsung lama, karena pada tahun
1905, atas dorongan Arnold, Iqbal berangkat ke Eropa untuk melanjutkan studi di
Trinity College, Universitas Cambridge London, sambil ikut kursus
advokasi di Lincoln Inn. Di lembaga ini ia banyak belajar pada James Wird dan
JE. McTaggart, seorang neo-Hegelian. Ia juga sering diskusi dengan para pemikir
lain serta mengunjungi perpustakaan Cambridge, London dan Berlin. Untuk
keperluan penelitiannya, ia pergi ke Jerman mengikuti kuliah selama dua
semester di Universitas Munich yang kemudian mengantarkannya meraih gelar
doctoris philosophy gradum, gelar doctor dalam bidang filsafat pada Nopember
1907, dengan desertasi The Development of Metaphysics in Persia, di bawah
bimbingan Hommel. Selanjutnya, kembali ke London untuk meneruskan studi hukum
dan sempat masuk School of political science.
3.
Muhammad Ali Jinnah
Muhammad
Ali Jinnah lahir pada tanggal 25 Desember 1876 di Karachi, orang tuanya adalah
seorang saudagar. Sejak kecil ia dikenal sebagai seorang yang memiliki
kecerdasan pikiran yang lebih dari pada teman-temannya, sehingga teman ayahnya
yang merupakan orang inggris menganjurkan agar Jinnah melanjutkan pendidikannya
ke inggris. Atas nasehat tersebut, pada umur 16 tahun ia berangkat ke inggris
untuk melanjutkan pendidikannya, dan baru kembali ke India pada tahun 1896, dan
bekerja sebagai pengacara di Bombay.
Sepulang
dari Inggris, Ali Jinnah memulai kariernya dengan menjadi seorang advokat di
Bombay. Pada tahun 1906, Ali Jinnah bergabung dengan partai Kongres Nasional
India, akan tetapi politik patuh dan setia kepada Inggris yang terdapat dalam
partainya tidak sesuai dengan pendiriannya yang menginginkan penentangan
terhadap Inggris untuk kepentingan nasional India. Ia juga menjauhkan diri dari
Liga Muslim sampai dengan tahun 1913, yaitu ketika organisasi tersebut merubah
sikap dan menerima ide pemerintahan sendiri bagi India sebagai tujuan
perjuangan. Pada saat itu ia masih mempunyai keyakinan bahwa kepentingan umat
Islam India dapat dijamin melalui ketentuan-ketentuan tertentu dalam
undang-undang Dasar, ia juga masih sepakat dengan ide nasionAlisme India,
sehingga ia masih mengadakan perundingan dan pembicaraan dengan pihak kongres
nasional India terkait dengan nasionalisme India.
Akan
tetapi, kemudian ia melihat bahwa untuk memperoleh pandangan yang sama antara
umat Islam dan hindu amat sangat sulit, bahkan ia menolak dan menentang konsep
nasionAlisme India Gandhi yang didalamnya umat Islam dan Hindu bergabung
menjadi satu Bangsa, yang pada akhirnya mengharuskan ia keluar dari partai
kongres.
Setelah
ia mengikuti Konferensi Meja Bundar di London ia memutuskan untuk keluar dari
arena politik dan menetap di inggris. Di sana ia menjadi advokat, tetapi pada
tahun tahun 1934 atas permintaan teman-temannya termasuk Iqbal ia kembali ke
India, dan pada tahun itu juga ia terpilih sebagai ketua tetap liga Muslimin.
Sekarang ini muslimin dibawah pimpinan Jinnah memiliki semangat
baru, dan berubah menjadi gerakakan yang kuat. dengan adanya perkembangan ini
umat Islam India mulai sadar, bahwa apa yang dikhawatirkan ulama terdahulunya
telah menjadi kenyataan, diamana kekusaan hindu mulai terasa, umat Islam di
daerah mayoritas mulai melihat perlunya adanya barisan kuat umat islam
diseluruh Indonesia.
C.
Pemikiran Tokoh-tokoh Pembaharu di India-Pakistan
1.
Pemikiran Sayyid Amir Ali
Sayyid
Amir Ali berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa
kepada kemunduran. Sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan,
dan untuk membuktikan hal itu ia kembali ke dalam sejarah Islam klasik. Karena
ia banyak menonjolkan kejayaan Islam di masa lampau, ia dicap penulis-penulis
orientalis sebagai seorang apologis, seorang yang memuja dan rindu kepada masa
lampau dan mengatakan kepada lawan; “Kalau kamu sedang maju sekarang, kami juga
pernah mempunyai kemajuan di masa lampau.”
Umat
Islam, terutama umat Islam sebelum abad ke-20, karena perhatian terlalu banyak
dipusatkan pada ibadah dan hidup kelak di akhirat, tidak memperhatikan sejarah
lagi, dan oleh karena itu lupa pada kemajuan mereka di zaman klasik.
Berikut
beberapa pandangan Sayyid Amir Ali yang cukup menonjol:
a)
Terhadap perbudakan, Islam berbeda pendapat dengan agama lain. Menurut Amir
Ali, Islam berusaha menghapus perbudakan dengan cara memberikan kesempatan
untuk membeli kemerdekaannya, baik dengan upah yang diperolehnya maupun dengan
cara yang lain. Kehadirannya di tengah-tengah masyarakat harus dipandang
sederajat dengan anggota masyarakat lainnya.
b)
Poligami pada dasarnya terlarang kecuali dengan syarat-syarat tertentu dan
perceraian harus ditolak. Poligami dan perceraian adalah merupakan kelemahan
moral.
Dalam
ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sistem perbudakan diterima sebagai suatu
kenyataan yang terdapat dalam masyarakat dan dapat diterima hanya untuk
sementara. Ajaran-ajaran mengenai perlakuan baik dan pembebasan terhadap budak,
pada akhirnya harus membawa kepada penghapusan sistem perbudakan dalam Islam.
2.
Pemikiran Muhammad Iqbal
Satu
hal yang menarik tentang ide pembaharuan Iqbal ialah meskipun ia memiliki latar
belakang pendidikan Eropa ia tidak berpendapat bahwa Barat-lah yang harus
dijadikan contoh, menurutnya yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah
ilmu pengetahuannya. Sementara kapitalisme dan imperialisme barat ditentangnya,
karena Barat menurutnya sangat dipengaruhi oleh materealisme dan telah
meninggalkan agama.
Pemikiran
Iqbal yang dikenal sebagai seorang filosof sekaligus penyair, perihal kondisi
Islam mempunyai pengaruh yang luas terhadap gerakan pembaharuan dalam Islam.
Sebagaimana para pembaharu lain, Iqbal juga beranggapan bahwa kemunduran umat
Islam yang berlangsung sangat panjang disebabkan oleh: Pertama, kebekuan dalam
pemikiran umat Islam, hukum dalam Islam telah bersifat statis, padahal
menurutnya hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan pintu ijtihad tidak pernah
tertutup. Kedua, angagapan kaum konservatif yang menganggap rasionalisme yang
dipelopori kaum mu’tazilah membawa kepada disintergrasi yang dapat mengganggu
kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Iqbal mengkritik pendapat ini dengan
menyatakan bahwa menurutnya Islam, pada hakikatnya mengajarkan dinanisme, dan
sangat menganjurkan pemakaian akal. Paham dinamisme Islam yang ditonjolkan
Iqbal menjadikannya mendapat kedudukan penting dalam pembaharuan di India.
Iqbal
juga menyatakan bahwa hancurnya Baghdad sebagai pusat kemajuan pemikiran umat
Islam di pertengahan abad ke-3 adalah faktor dominan yang menyebabkan kemundura
umat Islam, ia juga menyatakan bahwa zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf
yang hanya mengharuskan pemusatan perhatian kepada Tuhan dan apa yang berada
dibalik alam materi menjadikan umat Islam kurang mementingkan soal
kemasyarakatan dalam Islam. Oleh karena itu, Iqbal dalam ceramahnya sering
menganjurkan agar ditingkatkan solidaritas antar umat dan persaudaraan Muslim
untuk bisa melepaskan dari jajahan asing. Ide ini didukung oleh semua rakyatnya
baik dari agama Islam maupun agama Hindu. Akan tetapi, ide Iqbal terkait
nasionalisme yang berupa solidaritas antar agama mengalami perubahan,
nasionalisme India yang mencakup Muslim dan Hindu sangat bagus, tetapi sulit
sekali untuk dapat diwujudkan, bahkan ia curiga akan adanya konsep
new-hinduisme dibalik “Nasionalisme” yang mendapat dukungan dari umat Hindu.
Menurut
Iqbal, di India terdapat dua umat besar, dan dalam pelaksanaan demokrasi Barat
di India, kenyataan itu harus diperhatikan, karena nasionalisme ala Barat
menurutnya akan melahirkan materialisme dan atheisme yang dapat mengancam bagi
peri kemanusiaan. Hal itu selain disebabkan penolakan Iqbal terhadap ide-ide
Barat, juga dikarenakan adanya tuntutan umat Islam untuk membentuk sebuah
pemerintahan sendiri. Sehingga kemudian terbentuklah pemerintahan Pakistan yang
secara resmi merdeka pada tahun 1947. Terkait dengan berdirinya Pakistan, Iqbal
adalah seorang tokoh politik dan pembaharu yang memiliki peran besar bahkan
disebut sebagai Bapak Pakistan, karena sejak ia menjabat sebagai presiden Liga
Muslimin, ia banyak memaparkan tentang perlunya membentuk negara muslim, bahkan
dalam pidato kepresidenannya ia menyatakan bahwa terbentuknya negara muslim
itulah yang menjadi tujuan akhir umat Islam.
Tujuan
membentuk negara tersendiri ini, ia tegaskan dalam rapat tahunan Liga Muslimin
tahun 1930. “Saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan Utara, Sindi dan
Balukhistan bergabung menjadi satu negara.” Disinilah ide dan tujuan membentuk
negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan
nasional umat Islam India.
3.
Pemikiran Muhammad Ali Jinnah
Terbentuknya
negara Pakistan, pemikiran pembaharuan Ali Jinnah sebenarnya lebih pada ranah
politik, pada awalnya ia beranggapan dan menganjurkan adanya nasionalisme
India, untuk melepaskan diri dari jajahan Inggris, akan tetapi dari hasil
realitas dan pengalaman yang ia rasakan membuatnya merubah haluan politiknya
sejak ia menemukan kekecewaan bersama partai kongres. sejak itulah ia
beranggapan bahwa kepentingan umat Islam di India tidak bisa lagi dijamin
melalui perundingan dan terbentuknya sebuah undang-undang dasar India secara
keseluruhan. Tetapi kepentingan umat Islam akan terjamin hanya melalui
pembentukan negara tersendiri yang terpisah dari negara umat Hindu di India.
Ali Jinnah mulai membahas masalah pembentukan negara Islam di rapat tahunan
Liga Muslimin yang diadakan di Lahore pada tahun 1940, yang kemudian
menghasilkan persetujuan bahwa pembentukan negara tersendiri bagi umat Islam
sebagai tujuan perjuangan Liga Muslimin. Sejak itulah Jinnah mulai memperjelas
tentang negara Islam yang akan dibentuk (Pakistan). Menurutnya negara tersebut
ialah sebuah negara yang berada dibawah kekuasaan umat Islam, tetapi tidak
melupakan peran serta non-muslim dalam pemerintahan dengan menyesuaikan jumlah
mereka disetiap daerah.
Pembentukan
negara Islam (Pakistan) Jinnah dan Liga Muslimin mendapatkan dukungan umat
Islam India, hal itu terlihat dari hasil pemilihan 1946, dimana Liga Muslimin
memperoleh kemenangan di daerah-daerah yang nantinya masuk Pakistan. Kedudukan
Ali Jinnah dalam perundingan dengan Inggris dan Partai Kongres Nasional India
mengenai masa depan Islam semakin kuat. Dan pada tahun 1947 Inggris
mengeluarkan putusan untuk menyerahkan kedaulatan kepada dua dewan konstitusi,
satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14 Agustus 1947 dewan konstitusi
Pakistan dibuka dan pada tanggal 15 Agustus 1947 diresmikan, Ali Jinnah
diangkat menjadi Gubernur Jendral atau Pemimpin besar bagi rakyat Pakistan, dan
pada hari itulah Pakistan lahir sebagai sebuah Negara umat Islam yang merdeka
baik dari inggris ataupun India.
D.
Implikasi Pemikiran Tokoh-tokoh Pembaharu di India-Pakistan
Berawal
dari pemikiran Sayyid Amir Ali yang mengatakan bahwa Islam bukanlah agama yang
membawa kemunduran, akan tetapi justru sebaliknya Islam dapat membawa kamajuan.
Hal ini menunjukan bahwa Islam menginginkan agar umatnya berpikir maju,
mengarah ke masa depan. Islam sendiri telah mengajarkan agar umatnya mau
berusaha dalam segala hal. Tak lantas begitu saja mengabaikan kepentingan dunia
karena mengejar kepentingan akhirat.
Mengingat
pentingnya persatuan dan kesatuan antar umat, bukan saja antar umat se-agama
melainkan antar umat beragama. Sehingga segala tujuan yang ingin dicapai akan
lebih mudah diwujudkan. Kebersamaan dan kerjasama yang ditunjukkan oleh umat
Islam di India menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua yang
mengingkan akan kebebasan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejarah
india tidak terlepas dari sejarah Pakistan dan begitu juga sebaliknya, kedua
Negara ini sebelum mencapai kemerdekaan merupakan suatu kesatuan dalam
sejarahnya. Negara ini termasuk Negara yang besar, luas daerahnya maupun
kebudayaan dan peradabannya, akhirnya menjadi suram dan bahkan hancur dengan
kedatangan orang-orang kulit putih. Pihak orang kulit putih telah
memasuki anak benua India atau Pakistan pada permulaan abad ke 17. Kedatangan
mereka ini pada mulanya hanya untuk berdagang, kemudian beralih kepada
penjajahan, dan akhirnya orang Inggrislah yang paling lama bertahan di derah
ini sampai menyerahkan kemerdekaan kepada kedua Negara yaitu India dan
Pakistan.
Adanya
penjajahan Inggris tersebut membuat sadar orang-orang India dan Pakistan untuk
memunculkan gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh :
a.
Sayyid Amir Ali
b.
Muhammad Iqbal
c.
Muhammad Ali Jinnah
Melihat
keberhasilan para tokoh pembaharuan di India-Pakistan tak bisa dilepaskan dari
latar belakang pendidikannya. Karena memang latar belakang pendidikan itu
sangat mempengaruhi pemikiran-pemikiran yang dihasilkan. Selain itu keberhasilan
yang bisa dicapai tak begitu saja menyampingkan peran dari umat Muslim di
India. Keinginan untuk mendirikan negara tersendiri sudah menjadi cita-cita
bersama.
Sayyid
Amir Ali beranggapan bahwa Islam bukan agama yang membawa kemunduran, justru malah
sebaliknya Islam dapat membawa kemajuan. Ia melihat kamajuan yang dicapai umat
Islam pada masa klasik merupakan bukti nyata bahwa Islam dapat membawa
kemajuan.
Iqbal
mengatakan bahwa umat Islam di India harus membebaskan diri dan membentuk
negara tersendiri agar terlepas dari cengkraman Barat. Dan tekad untuk
mendirikan negara Islam di India akhirnya terwujub setelah Iqbal
memproklamirkan berdirinya negera Pakistan.
Tak
jauh berbeda dengan pemikiran Iqbal terkait dengan pembentukan negara Islam di
India, awalnya Ali Jinnah lebih terjun pada ranah politik, akan tetapi setelah
melihat dan merasakan sendiri bahwa kepentingan umat Islam tak bisa dipenuhi
hanya dengan perundingan semata, hanya dengan pembentukan negara sendiri segala
kepentingan umat Islam akan terpenuhi.
B.
Saran
Kami
selaku penulis menyadari bahwa dalam penyampaian makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi teknik penulisan, isi, maupun yang lainnya. Maka,
kami mengharapkan kepada para pembaca kritik dan sarannya yang bersifat
membangun demi kesempurnaan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Mukti. 1998. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan.
Asmuni,
Yusran. 1995. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bilgrami.
1982. Iqbal Sekilas Tentang Hidup dan Pikiran-Pikirannya. terj. Djohan Effendi.
Bulan Bintang.
Nasution, Harun.
1996. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta Bulan Bintang.
No comments:
Post a Comment