Makalah Puisi
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran
Bahasa Indonesia
Di Susun Oleh :
SYALWA FI WIDYARI
Kelas IX - A
PEMERINTAH
KABUPATEN GARUT
DEPARTEMEN AGAMA
MTsN 3 GARUT
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
memenuhi tugas menulis makalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis
makalah ini bertujuan untuk melatih daya piker penulis dan mendorongnya untuk
lebih kreatif dalam menulis.
Penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis
berharap penyusunan makalah ini, dapat memberikan motivasi pada siswa/i untuk
terus berkarya terutama dalam hal menulis. Penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena hal tersebut,kritik
dan saran sangat penulis butuhkan.
Garut,
.....................2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
………………………………………………..............................i
Daftar Isi
………………………………………………………...........................ii
Bab I. Pendahuluan
…………………………………………..............................1
Bab II. Pembahasan …………………………………………..............................2
Bab III. Penutup ……………………………………………….
.........................14
Daftar Pustaka ……………………………………………….............................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar orang membicarakan mengenai sastra.
Apakah sesungguhnya sastra itu? Apakah sastra itu berwujud atau tidak? Tidak
satupun orang pun mengetahuinya. Oleh karena itulah kami sebagai calon
sastrawan mengambil dan membahasa sastra dalam kehidupan kita. Adapun judul
yang saya ambil mengenai karya sastra adalah ’’menganalisis unsur intrinsik
puisi’’.
2.
Rumusan Masalah
1.Apa Unsur-unsur
pembangun puisi?
2.Macam-macam puisi itu
apa saja?
3. Apa yang dimaksud
dengan unsur intrinsik ?
3. Tujuan
Masalah
1.Untuk mengetahui
Unsur-unsur pembangun puisi
2.Untuki mengetahui
macam-macam puisi
3. Untuki mengetahui
unsur intrinsik.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Puisi
Puisi
adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata, rima dan irama
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ekspresi, ilusi dan imajinasi. Dalam
puisi keindahan ilusi, penataan unsur bunyi juga merupakan gambaran gagasan
penciptanya/penyairny Sastrawan indonesia yang telah dikenal dengan penyajian
bahasa dan gaya pengungkapan yang khas, diantaranya adalah Chairil Anwar, D
zawawi imron, Emha Ainun Nadjib.dll
2. Unsur-Unsur Pada Puisi Pengertian
dan Unsur-unsur Puisi (Teori)
Berkenaan
dengan pembelajaran puisi ada dua unsur yang harus mendapat perhatian guru
yaitu unsur isi (makna puisi) dan unsur metode (cara) pengungkapan puisi.
Pembelajaran puisi harus sampai berhasil mengungkapkan rahasia isi puisi dan
rahasia pengungkapannya. Pengertian dan Unsur-unsur Puisi (Teori)
a.
Unsur Isi Puisi (Makna Puisi)
·
Tema
·
Rasa
·
Nada
·
Amanat
b.
Unsur Metode Puisi (Cara Pengungkapan Puisi)
·
Diksi
·
Imajinasi
·
Kata
Nyata)
·
Rima
3.
Macam- Macam Puisi
a.
Puisi Naratif: Puisi Epik,Romansa, Balada Dan Syair(Berisicerita).
b.Puisi
Deskriptif Puisi Deskriptif adalah puisi dimana penyair sebagai pemberi
kesan terhadap suatu keadaan/peristiwa, benda, suasana yang dianggap menarik
perhatian penyair. Contoh puisi kritik social, satire, impresionik.
c.Puisi
Inspiratif Puisi inspiratif adalah puisi yang diciptakan dengan dasar
inspirasi dan kondisi mood penyair.
Puisi
merupakan salah satu karya sastra yang memiliki dua unsur pembentuk, yaitu
unsur batin dan unsur fisik. Pembahasan bab ini lebih terfokus pada unsur-unsur
fisik puisi atau disebut pula unsur bentuk.
Unsur
bentuk puisi antara lain :
1. Tipografi
(bait, baris, perwajahan) adalah pembeda genre puisi, prosa dan drama yang
penting. Tiporgafi menonjolkan bentuk visualnya, contohnya larik-larik puisi.
Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi
atau pemilihan kata digunakan penyair untuk membangkitkan imaji pembaca. Diksi
berkaitan dengan perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti dari
kata-kata.
Imaji
sendiri adalah susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.Imaji dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau
sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat,
medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Selain
itu, terdapat juga kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera
yang memungkinkan munculnya imaji.Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misal kata kongkret “salju”: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll.,sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat
kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
Faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam memilih kata adalah sebagai berikut:
1. Makna
Kias
Sudah
dijelaskan di depan bahwa makna kias dalam karya sastra banyak digunakan. Yang
paling banyak menggunakan makna kias adalah puisi. Di samping puisi di depan,
berikut ini dikutip dua bait puisi Ali Hasjmi, salah seorang penyair Angkatan
Pujangga Baru berjudul
"Menyesal".
Pagiku
hilang sudah melayang
hari
mudaku telah pergi
Kini
petang datang
membayang
Batang
usiaku sudah tinggi
Aku
lalai di hari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
miskin
ilmu, miskin harta.
Dalam
puisi tersebut makna kias itu cepat dapat dipahami karena diberi jawaban pada
baris berikutnya. Kata "pagi" diberi jawaban "muda". Kata
"petang" diberi jawaban "batang usiaku sudah tinggi" (tua).
Dalam puisi Chairil Anwar berikut makna kias lebih sulit ditafsirkan (dari
judul "Aku").
Aku
ini binatang jalang
Dari
kumpulannya terbuang
...
...............................
Luka
dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga
hilang pedih peri (h).
Pembaca
harus menafsirkan makna lugas dari binatang jalang dari kumpulannya terbuang.
Ini dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar
organisasi formal. Karena yang sakit bukan fisik, tetapi jiwanya, maka “luka
dan bisa (akan) dibawa berlari. Terus berlari”.
2. Makna
Lambang
Dalam
puisi, banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal atau benda ke hal
lain atau benda lain. Ada lambang yang sifatnya lokal, kedaerahan, nasional,
tetapi ada juga lambang yang sifatnya universal (berlaku untuk semua manusia).
Misalnya bendera adalah lambang identitas negara (universal), danbersalaman
adalah lambang persahabatan, pertemuan, atau perpisahan (universal). Berikut
ini dikutip puisi yang mengandung lambang, yaitu beberapa bait puisi yang
mengandung lambang, yaitu beberapa bait puisi Rendra berjudul "Surat
Kepada Bunda Tentang Menantunya".
.
.. ... ... ... ... .. . ... ... ...
Burung
dara jantan yang nakal
Yang
sejak dulu kau piara
Kini
terbang dan telah menemui
jodohnya
Ia
telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan
Dan
tiada akan pulang
Buat
selama-lamanya
………………………..
Diri penyair sebagai orang yang setia di lambangkan dengan "burung darajantan". Selanjutnya pada bagian lain puisinya, Rendra menulis:
……………………………….
Dan sepatu yang berat serta nakal
Diri penyair sebagai orang yang setia di lambangkan dengan "burung darajantan". Selanjutnya pada bagian lain puisinya, Rendra menulis:
……………………………….
Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang
dulu biasa menempuh
Jalan-jalan
yang mengkhawatirkan
Dalam
hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini
telah aku lepaskan
Dan
berganti dengan sandal rumah
Yang
tenteram, jinak dan sederhana
………………………….
Dalam bait tersebut dinyatakan bahwa jejaka yang belum berumah tangga dilambangkan "sepatu yang berat dan nakal, sedangkan setelah menemukan jodohnya, ia menjadi “sandal rumah yang jinak dan sederhana”
Lambang warna artinya memberi makna warna untuk mengganti makna lain. Misalnya warna hitam melambangkan kesedihan, warna putih kesucian, warna kuning kesetiaan, warna biru harapan, dan sebagainya. Lambang warna dapat kita hayati dalam "Balada Sumilah" karya Rendra berikut ini.
…………………………….
Tubuhnya lilin tersimpang di beranda
Dalam bait tersebut dinyatakan bahwa jejaka yang belum berumah tangga dilambangkan "sepatu yang berat dan nakal, sedangkan setelah menemukan jodohnya, ia menjadi “sandal rumah yang jinak dan sederhana”
Lambang warna artinya memberi makna warna untuk mengganti makna lain. Misalnya warna hitam melambangkan kesedihan, warna putih kesucian, warna kuning kesetiaan, warna biru harapan, dan sebagainya. Lambang warna dapat kita hayati dalam "Balada Sumilah" karya Rendra berikut ini.
…………………………….
Tubuhnya lilin tersimpang di beranda
Tapi
halusnya putih pergi kembara
……………………………
Bulan keramik putih tanpa darah
Bulan keramik putih tanpa darah
Warna
jingga adalah mata Samijo
menatap
ia, menatap amat tajamnya.
Padamkan
jingga apimu. Padamkan!
Demi
selaput sutraku putih:
padamkan!
Kata-kata
(alusnya putih" berarti rohnya yang suci (karena Sumilah telah mati). Kata
''jingga'' dalam puisi ini menggambarkan kebencian. Dalam puisi ini diceritakan
Samijo sangat benci kepada Sumilah, pacarnya, karena ia mengira Sumilah telah
mengkhianatinya.
Lambang
bunyi artinya makna khusus yang diciptakan oleh bunyi-bunyi atau perpaduan
bunyi-bunyi tertentu. Misalnya bunyi seruling yang mendayu-dayu mengingatkan
kita akan tanah Pasundan (priangan). Bunyi gamelan membawa kita kepada alam
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Begitu juga bunyi-bunyi khas Bali, Ambon, dan
sebagainya akan melambangkan kedaerahan tertentu. Di samping itu vokal,
konsonan, dan perpaduan vokal dan konsonan dapat membentuk sifat tertentu dari
puisi. Hal ini juga termasuk lambang bunyi. Berikut ini
puisi Ramadhan K.H. yang kental dengan lambang
bunyi.
Seruling di pasir ipis, merdu
Seruling di pasir ipis, merdu
Antara
gundukan pohon pina
Tembang
menggema di dua
kaki
Burangrang-Tangkuban
Prahu
Jamrut
di pucuk-pucuk
Jamrut
di air tipis menurun
Kata
seruling menunjukan lambang tanah Pasundan dengan bunyi seruling yang
meliuk-liuk penuh kedukaan, terlebih dikaitkan dengan gunung Burangrang
(legenda lutung kasarung) dan Tangkuban Prahu (legenda Sangkuriang) lebih
meyakinkan bahwa puisi ini bersifat
duka.
Lambang
suasana artinya peristiwa atau keadaan yang tidak digambarkan apa adanya,
tetapi diganti dengan keadaan lain. Misalnya, dalam bait puisi Rendra yang
berjudul "Surat Cinta" ini terdapat lambang
suasana:
Kutulis
surat ini
Kala
hujan gerimis
Bagai
bunyi tambur mainan
Anak
peri dunia yang gaib
Dan
angin mendesah
Mengeluh
dan mendesah
Ungkapan
"hujan gerimis" di atas melambangkan suasana sedih (duka) penyair
karena cintanya kepada gadis pujaannya tidak direstui oleh orang tua gadis itu.
Namun cintanya memang luar biasa besarnya, bergema, bergemuruh seperti (tambur
mainan anak peri dunia yang gaib" lambang suasana juga pada kata-kata:
lintang kemukus (bencana), barata yuda (huru-hara), dan sebagainya.
3. Gaya
bahasa adalah bahasa kiasan yang mengiaskan atau mempersamakan suatu hal dengan
hal lainya sehingga gambaran menjadi jelas, menarik dan menjadi hidup. Atau
juga bisa disebut sebagai bahasa figuratif yang berarti bahasa berkias yang
dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu
(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83).
Sebagai contoh spesifiknya adalah pada majas. Jenis-jenis gaya bahasa
(majas)Terdapat empat macam jenis kelompok majas yaitu: (1) majas perbandingan,
(2) majas penegasan, (3) majas pertentangan, dan (4) majas sindiran. Majas
perbandingan adalah gaya bahasa yang bertujuan untuk membandingkan, yang
termasuk majas ini diantaranya metafora, litotes, hiperbola, alusio,
personifikasi dan sebagainya. Majas penegasan adalah gaya bahasa yang betujuan
untuk menegaskan sesuatu, yang termasuk majas ini diantaranya adalah
antiklimaks, anaphora, koreksio, dan sebagainya. Majas pertentangan adalah gaya
bahasa yang bertujuan untuk mempertentangkan sesuatu, yang termasuk majas ini
diantaranya paradoks, antithesis, okupasi, dan sebagainya. Majas sindiran
adalah gaya bahasa yang bertujan untuk menyindir, yang termasuk majas ini
diantaranya ironi, sinisme, dan sarkasme.
Kata
kias atau konotasi adalah kata-kata bahasa yang melewati batas-batas
maknanya yang lazim atau melewati maknanya yang harfiah, makamelalui penguraian
makna konotatif itu kita akan mampu menemukan bentuk-bentuk imaji / citra
tertentu yang ada dalam puisi tersebut. Makna konotatif ini dibentuk dengan
pemakaian majas (figure of speech), yakni pemakaian kata yang memiliki makna
melewati makna denotatif (harfiah).Karena makna konotatif melampaui maknanya
yang lazim, maka dalam mengartikan atau memahami sebuah kata dalam puisi bias
bermacam-macam.Sesuai dengan tingkat kedalamam pemahaman pembaca dalam
menginteprestasikannya.Namun, agar tidak salah dalam menerjemahkan makna yang
ada dalam sebuah puisi, anda harus berpegang pada makna konotatif yang berlaku
umum.Misalnya kata “bulan purnama” adalah lambang dari keindahan “kerbau”
memiliki konotasi kuat tapi bodoh.Dalam puisi, seseorang (anda dan saya) tidak
bisa semena-mena menaksirkan makna konotatif dalamsebuah puisi sekehendak hati
kita.
Citraan
juga termasuk dalam gaya bahasa. Citraan adalah kepuitisan utama yang erat
hubungannya dengan diksi.Citraan membuat pembaca atau pendengar menghayati
melalui penglihatan, pendengaran, pencecapan, dan perabaan.
4. Versifikasi
(bunyi, persajakan/rima, dan irama) adalah bunyi yang dipergunakan
sebagai orkestrasi, yang mengalirkan perasaan, imaji-imaji dalam pikiran, atau
pengalaman-pemgalaman jiwa pembaca atau pendengar.Rima mencakup (1) onomatope
(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi
bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata atau
ungkapan. Sedangkan irama merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi, irama sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Timbulnya
irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi
(misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat
konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.Dari sini dapat dipahami bahwa
rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk
oleh rima.Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada
puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa
dilagukan.
CONTOH
PUISI
MENCARI
Termenung
dan termangu
Khayal
berpendar tuk berfikir
Mencari
pengisi kekosongan hati yang sejati
Kadang
gundah tuk dapatkan apa yang ingin dicari
Sesobek
sudut di jiwa bertuah dan sadarkan
Walau
tak tahu apa yang dirasa
Tetap
berjalan dalam tanya
Benarkah…
apakah itu Cinta, apakah arti Cinta
(3@/LR/28'10'10)
IDENTIFIKASI
PUISI
Terdapat
majas personifikasi yang termasuk dalam kelompok majas perbandingan.
Rima
yang ada adalah rima pengulangan kata atau ungkapan. Dan dalam rekaman,
irama (tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi) sudah cukup baik
untuk dapat ditangkap makna puisinya.
Salah
satu kata konotasi yang terdapat pada puisi di atas adalah kata “Sesobek sudut
di jiwa” yang menggambarkan bisikan suara hati dari sang penyair.
Kata
“berjalan dalam tanya” menggambarkan makna kata lambang dari keragu-raguan atau
ketidaktahuan.
Unsur
gaya bahasa, dan versifikasi dari uraian di atas disimpulkan sudah ada dalam
penyampaian puisi tersebut. Kemudian unsur diksi kurang lebih sudah cukup baik,
dan unsur tipografinya adalah dengan gaya teks rata tengah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebuah karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,
hidup dan kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan
penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi
sesuai dengan pandangannya, yang sangat menarik untuk dianalisis, yaitu dengan
analisis aspek intrinsik dan ekstrinsik.
Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu
sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra
tersebut, aspek ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya
(Sugiarti,2007:25).Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra
itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan
kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri (Sufiarti, 2007: 22).
Saran
Semoga apa yang dianalisis oleh penulis melalui novel
“Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari ini bisa bermanfaat dengan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya, dan dapat digunakan sebagai referensi maupun contoh
untuk menganalisis novel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa.Menganalisis
unsure-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
(Online).http://natalidopengasih.wordpress.com/2010/05/19/menganalisis-unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-novel-indonesia-terjemahan/(Diakses tanggal 03 Juni 2012)
Nuzulia
Dian.Strukturalisme.(Online)
http://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/strukturalisme/ (diakses tanggal 01 Juni 2012)
No comments:
Post a Comment