Seri Manual GLS_Guru sebagai Teladan Literasi
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peran guru sangat besar dalam pencapaian prestasi siswanya. Penelitian John Hattie (2008) di New Zealand menunjukkan bahwa kontribusi guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 58%. Di Amerika, penelitian sejenis yang dilakukan oleh Mourshed, Chijioke, dan Barber (2010) menunjukkan kontribusi guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 53%. Besaran persentase senada ditemukan oleh Pujiastuti, Raharjo, dan Widodo (2012) yang menemukan bahwa kontribusi guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 54,5% (Tim UKMPPG, 2018). Peran penting guru ini akan semakin mengembang jika guru juga berperan sebagai penggerak literasi. Selain berperan besar dalam pencapaian prestasi siswa, guru yang hebat selayaknya menjadi teladan literasi bagi para siswanya. Banyak cara yang dapat ditempuh, beberapa di antaranya dapat diwujudkan melalui: (1) guru sebagai penggerak literasi, (2) guru sebagai teladan membaca; (3) guru sebagai teladan menulis (guru menulis dan menerbitkan karya); dan (4) guru melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Tidak diragukan lagi bahwa peran guru sebagai penggerak literasi sangat diperlukan. Selain itu, kegiatan membaca diyakini merupakan kunci yang akan membuka pintu kebaikan dan ilmu pengetahuan yang berperan dalam membentuk karakter seseorang.
Dalam program literasi di sekolah, guru seharusnya menjadi teladan bagi siswa, khususnya dalam hal membaca. Jika guru menginginkan siswanya membaca, keteladanan dalam hal membaca harus terus dieksplisitkan dan diaurakan. Dengan kata lain, guru perlu menunjukkan minat terhadap bacaan dan turut membaca bersama siswa. Guru perlu membaca beragam sumber bacaan agar dapat meningkatkan kompetensi diri dan kualitas pembelajaran. Agar dapat memeroleh informasi dari sumber bacaan secara optimal, guru memerlukan strategi membaca efektif. Pada sisi lain, menulis merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan dalam kegiatan literasi. Sebagai teladan literasi, guru perlu menguasai keterampilan menulis. Jika guru meminta siswa menulis, seyogianya guru tersebut juga memberi contoh tulisannya. Salah satu langkah yang sederhana untuk menulis adalah membuat target harian yang bisa dicapai. Target ini diharapkan bukan menjadi beban, tetapi lebih pada suatu kegiatan yang menyenangkan dan terasa istimewa. Target harian ini bisa berisi cerita sehari-hari, topik-topik tertentu, ide-ide yang mencuat lepas sesaat, dst. Ide-ide inilah yang pada suatu saat bisa dipilih untuk dikembangkan menjadi tulisan.
Salah satu wujud tulisan yang bisa dibuat guru adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam hal pelaksanaan pembelajaran, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran (cf. Tim PIPS dan PPKP, 2006). Mengapa guru perlu melakukan PTK? PTK pada dasarnya merupakan penelitian terhadap masalah praktis yang dialami guru dalam tugas sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti (guru) sekaligus sebagai praktisi yang melakukan tindakan dan refleksi. Hanya saja, untuk menjaga objektivitas, perlu adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya. PTK sangat penting karena berperan untuk perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran. Selain itu, PTK diharapkan dapat menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru sebagai wujud profesionalismenya.
PTK dapat dikenali dari judulnya yang khas, yakni adanya masalah, “obat”, dan setting (kelas). Judul PTK biasanya cukup jelas menggambarkan upaya, masalah yang akan diteliti, “obat” atau tindakan untuk mengatasi masalah, dan tempat penelitian (setting). Dengan kata lain, judul PTK terdiri atas unsur upaya, masalah, obat, setting (disingkat UMOS). Contoh judul PTK: Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Peta melalui Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas VII SMA Berkibar. Pada judul tersebut upaya terdapat pada kata “peningkatan”, masalah terlihat pada “kemampuan siswa dalam mengidentifikasi peta”, obat atau tindakannya adalah “pembelajaran kooperatif”, dan tempat penelitiannya “di kelas VII D SMA Berkibar”.
Bagi teman-teman yang ingin mendownload Seri Manual GLS_Guru sebagai Teladan Literasi silahkan klik link dibawah ini.
No comments:
Post a Comment